Ketika universitas-universitas di AS menutup kampusnya, para mahasiswa dan dan orang tua bertanya-tanya bagaimana efek pengalihan pembelajaran ini pada sistem pembayaran pendidikan.
“Mereka sangat tidak jelas dalam email mereka, karena yang kita tahu mereka sendiri belum tahu bagaimana jalan keluarnya,” kata Lucia Macchi, mahasiswa tingkat pertama di University of Pennsylvania.
Lucia Macchi sedang bersiap-siap untuk mengambil kembali barang-barangnya di asrama kampus University of Pennsylvania ketika diwawancarai VOA. Ia memprioritaskan untuk mengambil bahan yang dibutuhkan untuk melakukan kuliah online. Lucia akan tinggal bersama orang tuanya di Florida.
Sementara University of Pennsylvania menutup pintu untuk mencegah penyebaran virus corona, kebijakan uang kos mahasiswa di unversitas masih tidak jelas. Padahal para mahasiswa sudah membayar di muka.
“Mereka mengatakan mahasiswa akan diganti sebagian atau dijadikan kredit untuk tumpangan tahun depan,” kata Macchi. “Mereka tidak pasti akan seperti apa nantinya program penampungan mahasiswa ini.”
“Tetapi hal ini tidak akan terjadi secara otomatis,” lanjutnya. “Ini adalah sesuatu yang harus diusahakan secara pro-aktif oleh mahasiswa sendiri.”
Biaya room and board, atau biaya kamar dan makanan bukan satu-satunya yang akan menguap untuk para mahasiswa dan orang tua mereka. Selain pungutan makan dan pungutan aktivitas di kampus, para mahasiswa juga dibebani biaya penyimpanan barang serta harus membeli tiket penerbangan untuk pulang ke rumah.
Namun ada beberapa lembaga pendidikan tinggi yang lebih jelas kebijakannya. American University di Washington DC misalnya, mengatakan, mahasiswa tidak perlu minta pengembalian uang. Akun mahasiswa akan secara otomatis diisi dengan pengembalian uang asalkan info perbankannya akurat,” demikian dinyatakan oleh situs universitas itu.
“Pergi ke kantor urusan keuangan universitas sangat menghabiskan waktu dan meletihkan untuk para mahasiswa,” kata Jordan Barton, mahasiswa di Harvard University di Boston, Massachussetts. Tetapi Harvard mengatakan, pihaknya akan mengganti rugi biaya kamar dan makan para mahasiswa secara pro-rata, dan memberi kredit AS$200 untuk menutup biaya penyimpanan atau perjalanan.
Kebanyakan universitas-universitas di AS memberlakukan prosedur yang sama. Pertama mereka mengumumkan akan memindahkan kelas ke pembelajaran online, tetapi fasilitas kampus tetap dibuka, kemudian lewat serangkaian pengumuman. Hingga pada akhirnya mereka memutuskan untuk menutup kampus secara keseluruhan. [jm/ii]