Tautan-tautan Akses

Yogya dan Wacana 'New Normal' di Tengah Pandemi


Garebeg tahun ini Kraton Yogyakarta membagikan 2.700 rengginan dengan penerapan protokol pandemi virus corona selama pelaksanaannya. (Foto: Tepas Tanda Yekti)
Garebeg tahun ini Kraton Yogyakarta membagikan 2.700 rengginan dengan penerapan protokol pandemi virus corona selama pelaksanaannya. (Foto: Tepas Tanda Yekti)

Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat mengubah prosesi penyelenggaraan Garebeg Syawal, yang biasanya digelar pada hari pertama Idul Fitri. Tidak ada iring-iringan prajurit Kraton dan keramaian masyarakat di sekitarnya yang memperebutkan gunungan. Seperti disampaikan GKR Condrokirono, Penghageng Kawedanan Hageng Panitrapura Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat dalam pernyataan resmi, penyesuaian ini terkait pandemi virus corona.

“Pada kali ini Keraton Yogyakarta tidak mengadakan Hajat Dalem Garebeg Syawal. Karena kami mentaati anjuran dari pemerintah pusat untuk menghindari kegiatan yang menyebabkan kerumunan dan kami berusaha untuk meminimalisirkan penyebaran virus itu sendiri,” papar Condrokirono.

Namun bukan berarti tradisi yang telah berusia ratusan tahun ini hilang sama sekali. Di lingkungan internal Kraton, kata Condrokirono, tetap dibuat uborampe atau alat kelengkapan gunungan. Alat kelengkapan berupa makanan itu tidak diperebutkan, tetapi dibagikan kepada abdi dalem atau staf layanan di lingkungan Kraton sendiri. Pembagiannya juga mengikuti prosedur jaga jarak, di mana mereka yang berpangkat Pengageng, semacam kepala unit kecil, yang akan mengambil dan kemudian membagikan ke anak buahnya.

Yogya dan Wacana New Normal di Tengah Pandemi
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:31 0:00

Menurut Condrokirono, esensi dari Garebeg Syawal sendiri yaitu ungkapan rasa syukur dan sedekah dari Raja kepada kerabat dan rakyatnya, dinilai tidak hilang karena perubahan tata cara.

“Sesuai dengan protokol yang ada, kami juga tetap menjaga jarak, memakai masker dan juga mencuci tangan sebelum para Abdi Dalem atau Pengageng itu semua masuk dalam area Bangsal Sri Manganti,” tambah Condrokirono.

Garebeg Syawal, acara besar yang menjadi agenda rutin di Yogyakarta, hanya satu dari sekian banyak kegiatan yang pelaksanaannya terpengaruh pandemi. Peniadaan kerumunan massa, pemakaian masker dan aturan jaga jarak selama prosesi adat, adalah penerapan dari apa yang kini ramai disebut sebagai "new normal" atau tatanan baru.

Belum Ada Sosialisasi ke Daerah

Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan pada 14 Mei lalu menyebut Yogyakarta sebagai daerah yang siap menyambut tatanan baru itu. Selain Yogyakarta, Bali dan Kepulauan Riau juga disebut. Pada 18 Mei, usai rapat dengan Presiden Jokowi, Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyebut pemerintah sedang menyiapkan protokol memasuki tatanan baru.

Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah akan dibuka kembali awal Juni 2020. (Foto: PT TWC)
Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah akan dibuka kembali awal Juni 2020. (Foto: PT TWC)

Namun sejauh ini, belum ada pemberitahuan resmi ke Yogyakarta terkait tatanan baru dan protokol yang menyertainya. Sekretaris Daerah Yogyakarta, Kadarmanta Baskara Aji, Selasa (26/5) mengaku baru sekedar mendengar informasinya.

“Tapi sampai dengan hari ini, sepertinya belum pernah ada pemberitahuan atau informasi resmi dari Kementerian atau dari Presiden berkaitan dengan itu. Memang di beberapa video conference dengan Kementerian Ekonomi, kita sempat menjadi salah satu contoh daerah yang sudah siap sebetulnya untuk melaksanakan new normal itu,” ujar Baskara Aji.

Baskara menyebutkan, yang bisa dilakukan daerah sejauh ini adalah penyusunan standar prosedur operasi jika ingin menerapkan kehidupan normal berdampingan dengan virus corona. Dia memahami, perubahan itu adalah konsekuensi karena tidak bisa diketahui kapan pandemi akan berakhir.

Di lingkungan pemerintahan sendiri, yang sedang disiapkan adalah pola kerja baru yang akan diterapkan. Hingga saat ini, Pemda DIY menerapkan konsep pegawai bekerja bergantian. Jika masuk ke tatanan baru, belum dipastikan bagaimana pegawai akan bekerja. Harus ditata ulang meja kerja karena tidak boleh berhimpitan, begitu pula area layanan masyarakat yang membutuhkan sekat plastik atau kaca.

“Belum lagi di sekolah, satu ruangan kan isinya 40 atau 36 anak, kalau besok kita mau new normal itu seperti apa. Apa separuh masuk, yang separuh masuk besok. Atau kelas satu sampai kelas tiga masuk pagi, kelas empat sampai enam masuk sore. Ini kan perlu pengaturan bagaimana protokol kesehatan di sekolah,” tambah Baskara.

Kompleks Candi Ratu Boko di Yogyakarta dibuka kembali awal Juni 2020 dengan protokol ketat. (Foto: PT TWC)
Kompleks Candi Ratu Boko di Yogyakarta dibuka kembali awal Juni 2020 dengan protokol ketat. (Foto: PT TWC)

Pariwisata Bersiap Terapkan Tatanan Baru Untuk Sektor Pariwisata

Pemda DIY juga meminta penyusunan standar prosedur operasi yang tepat jika akan dibuka kembali dalam tatanan baru. Pemerintah pusat telah memutuskan bahwa Borobudur, Prambanan dan Boko akan dibuka. Baskara meminta pengelola ketiga tempat wisata itu menghitung dulu kapasitasnya, dan menentukan jumlah yang bisa masuk agar aturan jaga jarak tetap bisa diterapkan.

Kementerian BUMN melalui PT Taman Wisata Candi (TWC) yang mengelola kawasan wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko akan mengoperasikan ketiganya pada Juni 2020 setelah penutupan sekitar tiga bulan. Dalam pernyataannya, Edy Setijono, Direktur Utama PT TWC menegaskan pembukaan ini akan memperhatikan himbauan pemerintah pusat khususnya Kementerian BUMN dengan menerapkan protokol Covid-19.

“Taman Wisata Candi pada saat dibuka nanti telah siap menuju The New Normal Pariwisata. Saat ini berbagai persiapan telah dilakukan dengan memperbaiki dan meningkatkan standar kualitas pelayanan menuju pariwisata yang bersih, sehat, dan aman untuk menerima seluruh wisatawan yang berkunjung,” kata Edy.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sendiri menerapkan program Cleanliness, Health, and Safety (CHS) di setiap destinasi pariwisata. Program ini dinilai penting, karena pandemi telah membuat perilaku manusia berubah. Masyarakat jauh lebih peduli terhadap faktor-faktor kebersihan, kesehatan, dan keamanan termasuk dalam melakukan aktivitas berwisata.

Protokol tatanan baru sektor pariwisata ini meliputi aturan seluruh wisatawan harus menggunakan masker dan dilakukan pengecekan suhu tubuh. Selain itu dilakukan pengelolaan pengunjung yang menerapkan physical distancing, penyediaan fasilitas cuci tangan setiap 100 meter, dan penyediaan papan informasi protokol Covid-19. Selain itu, akan ditempatkan pula layanan wisatawan yang aktif mengarahkan wisatawan untuk menjalankan protokol yang sudah ditetapkan.

“Dengan telah diterapkannya The New Normal Pariwisata, diharapkan dapat membangun kepercayaan wisatawan, sehingga dunia pariwisata dan perekonomian di kawasan ini dapat bangkit kembali. Meskipun kita yakin, bahwa ini tidak akan cepat kembali normal seperti sediakala,” tambah Edy. [ns/ab]

Recommended

XS
SM
MD
LG