Tautan-tautan Akses

WHO Desak Pakistan Berlakukan ‘Lockdown’ Berkala


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak Pakistan agar memberlakukan putaran baru lockdown. (Foto: ilustrasi).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak Pakistan agar memberlakukan putaran baru lockdown. (Foto: ilustrasi).

Sejumlah anggota parlemen dan pejabat pemerintah di Pakistan telah dites positif mengidap virus korona selama sepekan terakhir ketika jumlah infeksi nasional hari Rabu melonjak menjadi sekitar 114.000.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak Pakistan agar memberlakukan putaran baru lockdown sementara jumlah kasus baru virus corona di sana melonjak dalam beberapa hari terakhir.

Negara di Asia Selatan yang berpenduduk 220 juta orang itu mencatat jumlah kasus COVID-19 tertinggi hari Rabu (10/6), sejak wabah itu melanda Pakistan pada akhir Februari.

Beberapa anggota legislatif nasional dan provinsi termasuk di antara hampir 2.300 warga Pakistan yang meninggal setelah tertular virus tersebut. Pakistan melaporkan 113.702 kasus COVID-19 terkonfirmasi dengan 2.255 kematian, termasuk rekor 105 kematian pada hari Selasa.

Ketua Majelis Nasional melarang anggotanya menghadiri sidang parlemen kecuali mereka sudah di tes virus. Infeksi COVID-19 telah meningkat sejak akhir bulan lalu ketika pemerintah melonggarkan pembatasan nasional untuk kegiatan komersial dan publik.

Rumah sakit, terutama di kota-kota besar Pakistan, selama beberapa hari terakhir telah memperingatkan kehabisan ruang, dan beberapa bahkan menolak pasien baru.

Dalam surat kepada otoritas kesehatan di Punjab, negara bagian terbesar di Pakistan, perwakilan WHO Palitha Mahipala merekomendasikan lockdown berkala, yakni pemberlakuan berselang-seling setiap dua pekan, dan untuk melipatgandakan kapasitas tes corona menjadi 50 ribu tes per hari.

Mahipala mengatakan jumlah kasus terkonfirmasi telah membubung sejak beberapa provinsi melonggarkan karantina pada awal Mei.

PM Imran Khan telah menolak memberlakukan karantina wilayah yang ketat di seantero negara itu seperti yang dilakukan negara-negara lain, dengan alasan hal tersebut akan berdampak menghancurkan bagi perekonomian, terutama bagi kaum miskin.

Di negara tetangga, Manish Sisodia, deputi menteri utama New Delhi, mengatakan, kota itu mungkin akan mencatat hingga 550 ribu kasus Covid-19 pada akhir Juli. Ibu kota India itu kini mencatat sedikitnya 29 ribu kasus terkonfirmasi, dan Sisodia mengatakan kepada para wartawan hari Selasa bahwa akan perlu ekstra 80 ribu tempat tidur di rumah sakit jika kecenderungan pertambahan kasusnya bertahan seperti sekarang.

India mencatat kasus terbanyak kelima di dunia, dengan lebih dari 276.580 kasus terkonfirmasi, termasuk rekor penambahan 10 ribu kasus pada hari Selasa, dengan 7.745 kematian.

Di AS, lebih dari 12 negara bagian telah mencatat angka kasus tertinggi Covid-19 pekan ini, dengan banyak di antaranya yang terkonsentrasi di negara-negara bagian di barat dan barat daya Amerika, yakni Arizona, New Mexico, Texas dan Utah. Peningkatan terjadi di tengah-tengah pelonggaran restriksi terkait virus corona dalam beberapa pekan belakangan, termasuk liburan Memorial Day yang menandai dimulainya libur musim panas.

Sementara itu, Departemen Luar Negeri AS menyatakan akan memulai kembali operasi di konsulatnya di Wuhan, kota di China Tengah di mana virus itu pertama kali dideteksi pada akhir Desember lalu.

Departemen Luar Negeri AS menarik staf konsulat dan keluarga mereka pada akhir Januari setelah pemerintah China menetapkan kota itu dikarantina untuk membendung penyebaran virus. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG