Militer Myanmar membunuh warga sipil, termasuk anak-anak, dalam pemboman tanpa pandang bulu di negara-negara bagian Rakhine dan Chin, kata Amnesty International, Rabu (8/7).
Organisasi hak asasi itu mengatakan telah mengumpulkan bukti baru yang menunjukkan beberapa desa dibom di Negara Bagian Chin pada Maret dan April, merenggut nyawa belasan orang.
Menurut Amnesty, para korban umumnya pemeluk Budha, tetapi ada juga beberapa orang Kristen yang minoritas di Rakhine dan Chin. Dikatakan, laporan media menunjukkan, warga sipil Rohingya juga menjadi sasaran.
Dugaan insiden itu terjadi sementara konflik meningkat di negara-negara bagian itu sejak serangan pada Januari 2019 terhadap beberapa pos polisi di Rakhine utara oleh Tentara Arakan (AA), kelompok bersenjata etnis Rakhine.
Bertekad "menumpas" AA, militer Myanmar membalas, menyebabkan kekerasan meningkat dan puluhan ribu orang mengungsi, menurut Amnesty.
Organisasi hak asasi itu mendesak Dewan Keamanan PBB agar meluncurkan penyelidikan kejahatan perang atas serangan-serangan itu, yang terjadi di kota-kota di mana saluran internet diputus sejak Juni 2019.
Undang-Undang kemanusiaan internasional menganggap serangan membabi buta, yang mengakibatkan kematian warga sipil, sebagai kejahatan perang.[ka/jm]