Adekson tidak terlihat seperti tunawisma pada umumnya. Ia berpakaian rapi, berdasi dan bergerak ke sana ke sini di Washington DC dengan mengenakan sepeda untuk mencari kerja. Ia dulunya adalah penyuluh bagi remaja bermasalah, tapi kini ia terpaksa hidup di jalanan setelah mengalami pukulan ekonomi hebat.
“Saya terpukul secara fisik, psikologi dan mental. Terpaksa bolak balik hanya untuk memperoleh sarapan pagi, makan siang, makan malam, pakaian dan tempat menginap. Kini terpaksa berada di mana saja, di tempat-tempat yang memungkinkan saya tertular,” jelasnya.
Adekson adalah salah satu dari 600.000 tunawisma di AS, berdasarkan data resmi terbaru. Di masa pandemi mereka merupakan kelompok yang rawan tertular Covid-19 dan memiliki resiko kematian tertinggi akibat virus itu. Dari 507 kematian di Washington DC hingga akhir Juni lalu, 20 di antara mereka adalah tunawisma.
Sementara membutuhkan perlindungan, tempat-tempat penampungan tunawisma terpaksa membatasi akses karena tidak ingin menjadi pusat penularan.
Samantha Batko, peneliti dari Urban Institute, mengatakan,“Beberapa pekan setelah wabah berjangkit, orang-orang menyadari, ternyata virus-virus itu menyebar di tempat-tempat penampungan dengan sangat cepat. Apa yang kami lakukan kemudian adalah mengurangi kepadatan tempat-tempat penampungan. Memindahkan para tunawisma ke ruang-ruang yang lebih besar. Beberapa kota menyewa arena, sementara yang lain menyewa kamar-kamar hotel.”
Wabah Covid-19 menyulitkan para tunawisma yang sedang berusaha mencari pekerjaan, seperti Mychael Williams. Pusat-pusat bantuan pencarian kerja membatasi akses mereka.
“Antriannya begitu panjang. Hanya satu orang diizinkan masuk setiap kalinya. Tanpa ruang yang memadai, ini jelas menyulitkan. Saya tidak bisa melamar pekerjaan. Saya tidak memperoleh penghasilan. Sungguh menyulitkan,” kata Williams.
Tingkat pengangguran di AS kini mencapai 14 persen. Studi Universitas Columbia memproyeksikan, populasi tunawisma akan tumbuh 40-45 persen tahun ini. Samantha Batko dariUrban Institute mengatakan, “Jika tingkat pengangguran terus bertahan seperti sekarang ini untuk periode waktu panjang, kita akan mulai melihat semakin banyak orang kesulitan membayar sewa apartemen, dan kemudian kita akan mulai melihat orang-orang yang terpaksa dikeluarkan dari apartemen mereka.” [ab/uh]