Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar terbaru Kementerian Kesehatan setidaknya 30,8 persen balita di Indonesia memiliki tinggi badan tidak sesuai dengan usianya atau biasa disebut dengan stunting. Kekurangan gizi kronis tidak hanya berdampak terhadap gagal tumbuh secara fisik atau berat lahir rendah, kecil, pendek, dan kurus. Namun juga rentan terhadap gangguan penyakit tidak menular dan dapat menghambat pertumbuhan otak yang dapat mengganggu pertumbuhan motorik.
Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo dalam sebuah diskusi daring bertema "Gemar Makan Ikan untuk Pencegahan Stunting" mengatakan bahwa ikan merupakan sumber protein hewani yang sangat tepat untuk mendukung program perbaikan gizi masyarakat dan penanganan stunting.
"Karena ikan sebagai sumber protein yang memiliki beragam keunggulan dibanding produk hewani lainnya," ujar Edhy, Sabtu (22/8).
Stunting perlu ditangani dengan baik untuk mencegah Indonesia kehilangan generasi emas di masa mendatang. Mencegah stunting pada anak dengan pemenuhan gizi gemar makan ikan adalah salah satu caranya. Menurut catatan Edhy, angka konsumsi ikan nasional terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
"Angka konsumsi ikan nasional pada 2019 mencapai 54,49 kilogram per tahun. Kami menargetkan konsumsi ikan pada 2024 sebesar 62,05 kilogram per kapita ikan utuh segar," ujarnya.
Kepala Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Binawan, Mia Srimiati mengatakan stunting sangat berdampak terhadap perkembangan anak. Pada jangka pendek, stunting akan menyebabkan terjadinya peningkatan mortalitas dan morbiditas.
Stunting juga akan berdampak terhadap penurunan perkembangan kognitif, motorik, dan bahasa serta terjadi peningkatan pengeluaran untuk biaya kesehatan.
"Sementara jangka panjangnya, anak yang stunting perawakannya akan pendek. Kemudian juga akan terjadi peningkatan risiko untuk obesitas dan komorbiditasnya" ujar Mia yang juga menjadi narasumber dalam diskusi daring tersebut.
Agar mencegah stunting pada anak, pemenuhan gizi di awal 1.000 hari pertama kehidupan yang dimulai sejak waktu kehamilan (janin masih di dalam kandungan), masa bayi hingga anak berusia dua tahun harus dilakukan. Apabila pada periode ini bayi tak mendapat asupan gizi yang mencukupi akan berdampak pada kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak yang bersifat permanen.
"Jika dia mengalami gangguan gizi kronis akan mengakibatkan pendek atau stunting," ungkap Mia.
Sementara itu, guru besar Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor, Hardinsyah menuturkan ada banyak faktor penyebab stunting. Faktor utamanya adalah kekurangan gizi. Mengonsumsi ikan yang aman dan cukup dalam konteks gizi seimbang dapat mencegah stunting.
"Ikan terbukti bermanfaat tidak hanya untuk pertumbuhan mencegah stunting tetapi juga perkembangan dan mencegah penyakit-penyakit saat dewasa nanti," tuturnya.
Indonesia sendiri memiliki potensi lestari perikanan tangkap mencapai 12,55 juta ton per tahun. Menurut catatan Kementerian Kelautan dan Perikanan, produksi perikanan tangkap laut pada tahun 2019 hanya mencapai 6,99 juta ton. Laut Indonesia dihuni 8.500 spesies ikan, 555 spesies rumput laut, dan 950 spesies biota terumbu karang. Didukung potensi kekayaan laut yang melimpah, mencegah stunting pada anak di Indonesia dengan cara gemar makan ikan bukan perkara sulit. [aa/em]