Dengan laporan-laporan bahwa negaranya mencapai "titik balik yang berbahaya," Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Selasa (22/9) memberlakukan pembatasan baru Covid-19 di sejumlah bar dan restoran serta mendesak warga bekerja dari rumah, karena negara tersebut menghadapi lonjakan infeksi baru.
Berbicara kepada parlemen, Johnson menyatakan rawat inap berlipat ganda dalam dua minggu terakhir dan jumlah itu hanya akan bertambah kecuali dilakukan tindakan pencegahan.
Pembatasan baru termasuk penutupan bar, pub, dan restoran pada pukul 10 malam waktu setempat. Mengenakan masker diwajibkan bagi para pekerja ritel dan pengemudi taksi serta penumpang angkutan umum. Pernikahan hanya boleh dihadiri maksimal 15 orang, sedangkan pemakaman dapat dihadiri hingga 30 orang.
Johnson juga mendesak warga semaksimal mungkin bekerja dari rumah, kebalikan dari situasi Inggris hanya dua minggu lalu, ketika Perdana Menteri itu mendesak warga untuk kembali bekerja. Rencana terkait izin penyelenggaraan konferensi bisnis atau menonton pertandingan olahraga paling lambat 1 Oktober telah ditunda.
Pemerintah juga memberlakukan denda bagi pelaku bisnis dan individu jika melanggar aturan tersebut.
Perdana Menteri Johnson menekankan langkah-langkah baru itu bukan berarti pemberlakuan lockdown secara total yang diterapkan pada Maret lalu, dan hingga sekarang, tidak ada perintah untuk tetap berada di rumah. Sejumlah sekolah dan universitas juga akan tetap buka.
Namun Johnson juga memperingatkan bahwa jika aturan baru itu tidak menurunkan tingkat infeksi, maka pemerintah Inggris berhak untuk menerapkan "pembatasan yang lebih luas." [mg/lt]