Tautan-tautan Akses

WHO: 120 Juta Rapid Test Siap Tersedia Bagi Negara-Negara Miskin


Seorang pekerja medis memegang alat pengumpul sampel COVID-19 dalam uji klinis vaksin Wits RHI Shandukani Research Centre di Johannesburg, Afrika Selatan, 27 Agustus 2020.
Seorang pekerja medis memegang alat pengumpul sampel COVID-19 dalam uji klinis vaksin Wits RHI Shandukani Research Centre di Johannesburg, Afrika Selatan, 27 Agustus 2020.

Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), Senin (28/9), mengatakan sekitar 120 juta tes cepat (rapid test) untuk pengetesan virus corona akan tersedia untuk negara-negara miskin dan berpendapatan menengah. Alat tes cepat itu harga per unitnya maksimal $5 atau sekitar Rp 75 ribu.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pabrik seperti Abbott dan SD Biosensor telah sepakat dengan Bill & Melinda Gates Foundation untuk “memproduksi 120 juta rapid tes baru, yang sangat ringan dan mudah digunakan, yang akan tersedia dalam enam bulan.”

Uji medis yang dapat memberikan hasil antara 15-30 menit ini akan didistribusikan di seluruh dunia, termasuk pada 133 negara miskin dan berpendapatan menengah, mulai Oktober mendatang.

Berbicara dalam konferensi pers di Jenewa, pakar kesehatan darurat WHO Mike Ryan mengatakan jumlah kematian akibat Covid-19 di seluruh dunia mungkin jauh lebih besar dari jumlah sesungguhnya. Dia memperkirakan jumlah kematian kemungkinan sudah lebih dari satu juta orang.

“Kalau pun ada, angka yang saat ini dilaporkan mungkin mewakili perkiraan yang terlalu rendah dari orang-orang yang tertular atau meninggal akibat terjangkit penyakit ini," kata Ryan.

Sementara Peter Sands, Direktur Eksekutif Global Fund, mitra WHO yang berupaya keras memberantas pandemi ini, mengatakan akan mengeluarkan anggaran awal sebesar $50 juta dari mekanisme tanggapan Covid-19 yang ada. Ditambahkannya, tes diagnostik cepat dari antigen yang berkualitas akan menjadi “langkah signifikan” untuk membantu meredam dan memberantas virus corona.

Banyak negara kaya yang juga mengalami masalah dalam pengujian medis yang akurat, dan pengujian itu sendiri dinilai bukan obat mujarab. Negara-negara seperti Perancis dan Amerika, kadang-kadang juga mengalami keterlambatan uji medis dan hasil tes, sedangkan rapid test di Inggris dan Spanyol ternyata tidak akurat.

Sands mengatakan negara-negara berpendapatan tinggi saat ini melakukan 292 tes per hari per 100.000 orang. Sementara negara-negara berpendapatan rendah melakukan 14 tes per hari per 100.000 orang. [em/pp]

XS
SM
MD
LG