Juru bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Profesor Wiku Adisasmito kembali mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk tidak banyak berkegiatan di luar rumah dalam masa liburan panjang 28 Oktober hingga 1 November 2020.
Dalam telekonferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Selasa (20/10) Wiku menjelaskan ada studi yang menunjukkan linearitas penekanan mobilitas masyarakat, dengan penurunan kasus dan kematian akibat virus corona. Ia mencontohkan berdasarkan studi Zhoe et al (2020) yang berjudul “Effect of Human Mobility Restriction on the Spread of COVID-19 in Xenzhen, China” ternyata pengurangan mobilitas dalam kota sebanyak 20 persen, dapat melandaikan kurva kasus sebanyak 33 persen, dan menunda kemunculan puncak kasus selama dua minggu.
Sedangkan studi lainnya, yakni studi Yilmazkuday (2020) yang berjudul “Stay at Home, Works to Fight Againts COVID-19, International Evidence from Google Mobility Data”, menunjukkan 1 persen peningkatan masyarakat yang berdiam di rumah akan mengurangi 70 kasus dan 7 kematian per minggu. Bahkan 1 persen pengurangan mobilitas masyarakat menggunakan transportasi umum di teriminal, stasiun, maupun bandara akan mengurangi 33 kasus dan 4 kematian per minggu.
“Bisa kita bayangkan berapa banyak nyawa yang bisa kita lindungi, kita selamatkan dengan terjadinya berbagai pengurangan kunjungan tersebut. Oleh karena itu kami ingin mengingatkan kembali, masyarakat yang ingin berlibur di luar rumah pada periode liburan tanggal 28 Oktober-1 November nanti, bahwa angka kasus COVID-19 dan penularannya di Indonesia masih tinggi, apabila tidak mendesak sebaiknya mengurungkan niat untuk berlibur dan tetap diam di rumah saja,” ungkap Wiku.
Berkaca dari pengalaman di tanah air, kata Wiku, libur panjang meningkatkan kasus COVID-19 secara nasional. Ia menjelaskan pada liburan hari raya Idul Fitri pada 22-25 Mei 2020 terjadi kenaikan jumlah kasus harian dan kumulatif mingguan sekitar 69-93 persen sejak hari libur Idul Fitri dengan rentang waktu 10-14 hari. Selain itu pada libur panjang 20-23 Agustus 2020 juga terjadi peningkatan jumlah kasus harian dan kumulatif mingguan sebesar 58-118 persen sejak libur panjang pada pekan ketiga Agustus 2020 dengan rentang waktu 10-14 hari.
“Terjadi kenaikan absolut positivity rate atau hasil tes positif yang naik sampai dengan 3,9 persen, dalam dua minggu di tingkat nasional. Pemerintah dan masyarakat harus meningkatkan sinerginya untuk menjalankan protokol kesehatan secara disiplin, untuk mengantisipasi terjadinya penularan COVID-19 pada masa libur panjang,” paparnya.
Rapor Penanganan Pandemi di 34 Provinsi
Dalam kesempatan kali ini, satgas tidak lagi melaporkan lima besar provinsi yang paling banyak memiliki kasus positif, sembuh maupun kematian. Namun kali ini, Wiku memaparkan kondisi pandemi berdasarkan peringkat dari 34 provinsi yang ada di Indonesia.
“Kali ini kami akan menyampaikan dalam bentuk ranking atau peringkat dari penambahan kasus positif, sembuh dan meninggal di 34 provinsi di Indonesia. Kami membandingkan ranking atau peringkat provinsi selama dua pekan ke belakang. Hal ini bertujuan untuk melihat bagaimana perkembangan kasus di seluruh provinsi, apakah cukup stabil baik, stabil kurang baik, terus meningkat atau terus mengalami penurunan,” kata Wiku.
Menurutnya, semakin banyak kasus positif dan meninggal semakin tinggi peringkatnya, dan itu merupakan perkembangan yang memburuk. Sementara itu, semakin tinggi kasus sembuh semakin turun peringkatnya dan ini merupakan perkembangan yang membaik.
Perkembangan kasus positif mingguan di Pulau Jawa dan Bali, ujarnya, mengalami perkembangan signifikan ke arah yang baik.
Provinsi Jawa Barat mengalami perubahan peringkat kasus positif dari 34 pada 4 Oktober menjadi t 2 pada 11 Oktober, dan terakhir berhasil menekan penambahan kasusnya sehingga berada di peringkat 33 pada 18 Oktober. Sementara itu, Bali mengalami perubahan dari peringkat 9 pada 4 Oktober, menjadi peringkat 30 pada 11 Oktober dan bertahan hingga 18 Oktober.
DKI Jakarta juga mengalami perkembangan kasus positif yang cukup baik. Peringkat DKI Jakarta turun dari 23 menjadi 34 dan bertahan di peringkat 34 pada 18 Oktober.
“Namun terdapat provinsi dengan perkembangan kasus positif yang stabil kurang baik, yaitu Jawa tengah. Jawa Tengah berada pada peringkat 11 pada 4 Oktober, kemudian naik menjadi peringkat 1, dan kemudian menjadi peringkat 6 pada 18 Oktober,” jelansya.
Perkembangan kasus sembuh secara umum di Pulau Jawa cenderung stabil dan mengalami peningkatan. Bali, kata Wiku berhasil mempertahankan peringkatnya untuk selalu berada di 20 besar peningkatan kesembuhan terbanyak.
“Terdapat empat provinsi yang mengalami perkembangan signifikan ke arah yang lebih baik. Empat provinsi tersebut adalah Banten, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DKI Jakarta,” kata Wiku.
“Perhatian juga perlu diberikan kepada Jawa Tengah dan Banten yang mengalami perubahan signifikan ke arah yang kurang baik. Jawa Tengah sempat berada di peringkat 34 pada 4 Oktober, namun terus meningkat menjadi peringkat 1 pada 18 Oktober, ini luar biasa, sedangkan Banten pada 11 Oktober berada di peringkat 32 namun melonjak menjadi peringkat 3 pada 18 Oktober,” paparnya.
Hingga saat ini kasus aktif corona di Indonesia terus berada di bawah rata-rata dunia, sementara jumlah kasus sembuh di atas rata-rata dunia. Namun, kasus kematian belum juga berada di bawah rata-rata dunia. Jumlah kematian akibat virus ini secara kumulatif mencapai 12.734 atau 3,5 persen, sedangkan rata-rata kematian dunia pada saat ini mencapai 2,85 persen. [gi/ab]