Industriawan dan konglomerat Korea Selatan, Lee Kun-hee, mengubah Samsung Electronics menjadi salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia. Namun ia menjalani kehidupan yang tertutup.
Meski demikian, beberapa pernyataan dari waktu ke waktu oleh taipan yang meninggal hari Minggu (25/10) pada usia 78 tahun itu, bergema di seluruh negeri.
AFP melaporkan, ketika ia mewarisi kepemimpinan grup Samsung pada tahun 1987 yang didirikan ayahnya sebagai pengekspor ikan dan buah, perusahaan itu sudah menjadi konglomerat terbesar di negara itu dengan produk elektronik hingga bahan bangunan.
Namun, Lee mengubahnya menjadi kekuatan dunia pada saat ia terbaring di tempat tidur karena serangan jantung pada tahun 2014. Waktu itu Samsung sebagai pembuat telepon pintar dan chip memori terbesar di dunia.
Samsung sejauh ini adalah bisnis konglomerat milik keluarga (chaebol, dalam bahasa Korea) yang terbesar, menguasai ekonomi Korea Selatan. Mereka mengubah negara dari kehancuran perang, menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-12 di dunia.
Gaya kepemimpinan Lee yang berpandangan jauh ke depan, berjasa membawa Samsung Electronics menjadi salah bisnis paling terkemuka didalam grupnya, dan menjadi pengembang dan produsen semi-konduktor, ponsel, dan LCD (layar TV) terkemuka di dunia.
Pada awal masa kepemimpinan Lee, Samsung dianggap sebagai produsen produk murah berkualitas rendah. "Mari kita ubah segalanya," katanya pada tahun 1993.
Perusahaan mengumpulkan dan membakar 150 ribu ponsel yang ada dalam pasokannya, sehingga membuka jalan bagi lahirnya kembali pesawat telepon (bergagang) "Anycall" yang sangat sukses pada masa itu.
Lee Kun-hee menempuh pendidikan di Universitas Waseda yang bergengsi di Jepang dan memperoleh gelar MBA di George Washington University, Amerika.
Ia banyak membuat keputusan bisnis, termasuk mempromosikan putranya sendiri, Lee Jae-yong menjadi wakil pimpinan Samsung Electronics pada 2013. [ps/jm]
