Presiden Donald Trump meluncurkan upaya hukum baru minggu ini untuk menghentikan sertifikasi hasil pemilu di Pennsylvania, sementara presiden terus menolak untuk mengakui kekalahan dalam persaingan dengan Presiden Terpilih Joe Biden.
Pada Hari Veteran di Amerika Serikat, Presiden Donald Trump meletakkan karangan bunga di Makam Prajurit Tak Dikenal di Taman Makam Pahlawan Nasional Arlington, sementara Presiden terpilih Joe Biden mengunjungi Monumen Perang Korea di Philadelphia, Pennsylvania.
Baik Trump maupun Biden tidak memberikan pernyataan. Trump menolak untuk mengakui kekalahan setelah pemilihan presiden pekan lalu yang memproyeksikan Biden menjadi pemenang.
Presiden Trump dalam cuitan di Twitter menyatakan bahwa “kami akan menang.
Dengan pengumuman hasil pemilihan di negara bagian Alaska yang dimenangkan oleh Trump, dia sekarang memperoleh 217 suara elektoral, sementara Biden mengumpulkan 279. Seorang kandidat membutuhkan minimal 270 suara electoral untuk menang. Hingga kini, tiga negara bagian yang belum mengumumkan hasil pemilu adalah Arizona, Georgia dan North Carolina.
Selain berbagai gugatan hukum yang telah diajukan di beberapa negara bagian penting (di mana kekuatan pendukung Trump dan Biden cenderung imbang) yang mengklaim adanya kecurangan, kampanye Trump telah meluncurkan gugatan baru untuk memblokir sertifikasi hasil pemilu di Pennsylvania.
Paul Schiff Bergman, pakar hukum di Fakultas Hukum Universitas George Washington di Washington, D.C. mengatakan, “Ada kemungkinan bahwa jika mereka menciptakan cukup banyak kegaduhan dan cukup banyak tuduhan dan ketidakpastian maka mereka berpotensi dapat meyakinkan badan legislatif yang dikendalikan Republik untuk mendudukkan daftar elektor yang berlawanan dengan hasil suara dan kehendak para pemilih di negara bagian bersangkutan. Jika terjadi demikian, maka itu akan menjadi langkah yang sangat ekstrim. Itu benar-benar akan merupakan kudeta terhadap rakyat Amerika dan penghancuran proses demokrasi.”
Sementara itu, dua negara bagian yang akan melakukan penghitungan ulang adalah Wisconsin dan Georgia.
Brad Raffensperger, Sekretaris Daerah di Negara Bagian Georgia, memberikan pernyataan dalam jumpa pers hari Rabu. “Dengan margin yang begitu ketat, maka akan membutuhkan penghitungan ulang secara manual di setiap daerah pemilihan. Ini akan membantu membangun kepercayaan. Ini akan menjadi audit, penghitungan ulang, dan penelitian kembali sekaligus.”
Kampanye Trump merayakan pengumuman tersebut. Direktur komunikasi kampanye Tim Murtaugh mengatakan, “Ini adalah langkah pertama yang penting dalam proses untuk memastikan bahwa pemilihan itu adil dan bahwa setiap suara yang sah dihitung.”
Sejauh ini, tidak ada gugatan hukum yang diajukan oleh kampanye Trump yang berhasil memberikan bukti atas klaim adanya kekurangan dalam penghitungan suara, sesuatu yang ingin ditunjukkan oleh Partai Demokrat, seperti dinyatakan oleh Senator Chris Murphy dari partai itu.
“Kita sudah seminggu menunggu, dan presiden masih mencari-cari bukti adanya penipuan. Dia tidak akan menemukannya karena tidak ada,” tegasnya.
Bahkan jika Trump berhasil dengan sebagian gugatan hukum dan tuntutan untuk penghitungan ulang, analis mengatakan itu tidak mungkin bisa membatalkan kemenangan Biden, seperti disampaikan oleh Rob Stutzman, ahli strategi Partai Republik.
“Tampaknya masuk akal apa yang telah disimpulkan media, baik media kiri maupun kanan, bahwa tidak mungkin bagi Trump untuk mengejar kekurangan yang sekarang dihadapinya di negara bagian-negara bagian penting seperti Pennsylvania, Michigan, Wisconsin, dan Nevada,” ujar Stutzman.
Secara hukum, elektor negara bagian harus secara resmi memberikan suara mereka untuk menentukan presiden dan wakil presiden pada pertengahan Desember. [lt/em]