Australia berencana untuk menandatangani kesepakatan pertukaran militer dengan Jepang sehingga pasukan dari kedua negara dapat menyatukan kekuatan jika diperlukan untuk melawan China, yang telah terlibat dalam perselisihan dengan Australia selama dua minggu terakhir.
Setelah pertemuan tingkat tinggi 17 November, kedua pihak mengatakan akan menandatangani perjanjian akses timbal balik tahun depan. Kesepakatan itu akan memungkinkan pasukan dari kedua negara beroperasi di wilayah pihak lain, menempatkan pasukan Australia lebih dekat dengan pasukan Amerika yang sudah ditempatkan di Jepang.
Kesepakatan itu akan membantu kedua negara memperbesar pasukan jika terjadi konflik dengan China.
Australia membuat marah China pada bulan April ketika menyerukan penyelidikan atas penanganan Covid-19. Selama sebulan terakhir, China menempatkan lebih dari 50 kapal batu bara Australia di dekat pelabuhannya, memberlakukan tarif pada serangkaian impor pertanian dan mengirimkan foto rekayasa yang menunjukkan seakan-akan tentara Australia membunuh anak-anak Afghanistan.
Jepang adalah sekutu perjanjian Amerika selama sekitar 60 tahun dan terlibat dalam sengketa kedaulatan maritim dengan China. Australia, Jepang, Amerika Serikat, dan India secara terpisah termasuk dalam Quad, sebuah kelompok yang dibentuk pada tahun 2007 sebagai wadah dialog, pertukaran informasi, dan latihan militer.
Pada 17 November Tokyo dan Canberra setuju untuk merundingkan Perjanjian Akses Timbal Balik Jepang-Australia (RAA), kata Kementerian Luar Negeri Jepang di situsnya. Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengunjungi Tokyo ketika itu untuk bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga. Jepang tidak memiliki kesepakatan serupa dengan negara mana pun selain Amerika Serikat.
Kedua pemimpin mengeluarkan pernyataan bersama yang tidak menyebut China tetapi mengutuk aktivitasnya di Laut China Selatan, di mana Beijing mengambil alih dalam sengketa kedaulatan enam negara setelah menguruk pulau-pulau kecil untuk keperluan militer.
Pemerintah Amerika secara berkala mengirim kapal angkatan laut ke Laut China Selatan sehingga membuat marah Beijing, dan menawarkan senjata ke negara-negara Asia untuk pertahanan melawan China yang memiliki kekuatan terkuat ketiga di dunia. Pemerintahan Presiden Donald Trump telah bersengketa dengan China terkait isu-isu perdagangan, akses teknologi, dan konsuler. [lt/ab]