Dalam pesan akhir tahun, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) António Guterres mengatakan, "2020 adalah tahun kesulitan, tragedi, dan air mata." Sekjen PBB itu meminta agar 2021 menjadi "tahun penyembuhan."
Dalam rekaman pesan yang dirilis Senin (28/12), Sekjen PBB mengatakan bahwa Covid-19 mengubah hidup dan menjerumuskan Dunia ke dalam penderitaan dan kesedihan.
"Begitu banyak orang yang kehilangan anggota keluarga. Pandemi terus berkecamuk, menciptakan gelombang baru penyakit dan kematian. Kemiskinan, ketimpangan dan kelaparan meningkat. Pekerjaan menghilang dan utang meningkat. Anak-anak kesulitan. Kekerasan dalam rumah tangga meningkat, dan rasa tidak aman terjadi di mana-mana," kata Guterres.
Guterres menambahkan, “Tahun Baru akan datang. Seiring itu, kita melihat sinar harapan: orang-orang mengulurkan bantuan kepada tetangga dan orang tak dikenal; pekerja garis depan bekerja keras; ilmuwan mengembangkan vaksin dalam waktu singkat; negara-negara membuat komitmen baru untuk mencegah bencana terkait iklim. Jika kita bekerja sama dalam persatuan dan solidaritas, sinar harapan ini dapat menjangkau seluruh dunia."
Ia melanjutkan bahwa perubahan iklim dan pandemi Covid-19 adalah krisis yang hanya bisa ditangani bersama, sebagai bagian dari transisi menuju masa depan yang inklusif dan berkelanjutan.
"Ambisi utama PBB untuk 2021 adalah membangun koalisi global untuk netralitas karbon - emisi nol - pada tahun 2050. Setiap pemerintah, kota, bisnis, dan individu bisa berperan dalam mencapai visi ini,” katanya.
Bersama, kata Guterres, “mari berdamai di antara kita dan dengan alam, atasi krisis iklim, hentikan penularan COVID-19.”[ka/ft]