Pentagon pada Sabtu (30/1) mengatakan menangguhkan rencana untuk memvaksinasi para tahanan di Guantanamo dengan vaksin COVID-19. Rencana itu mendapat tentangan, sementara Amerika Serikat (AS) lamban dalam memvaksinasi para pekerja garis depan dan warga lansia.
"Tidak ada tahanan Guantanamo yang divaksinasi," kata juru bicara Pentagon John Kirby lewat Twitter seperti dilaporkan kantor berita AFP. "Kami menangguhkan rencana, sementara kami meninjau protokol perlindungan angkatan bersenjata. Kami tetap berkomitmen untuk menjaga agar tentara kami tetap aman."
Pangkalan Angkatan Laut di Teluk Guantanamo, Kuba menampung tahanan teroris, termasuk seorang tokoh Al-Qaeda yang diduga merencanakan serangan 9/11 Khalid Sheikh Mohammed.
Departemen Pertahanan mengatakan kepada media AS pekan ini bahwa mereka akan menawarkan vaksinasi kepada para tahanan dan narapidana untuk menerimanya "secara sukarela."
Tentangan datang dari beberapa anggota Kongres faksi Republik, termasuk Kevin McCarthy.
"Presiden Biden mengatakan dia akan punya rencana untuk mengalahkan virus sejak hari pertama (menjabat). Dia tidak pernah mengatakan berencana memberi vaksin kepada para teroris sebelum memberikannya kepada sebagian besar rakyat Amerika," cuitnya.
AS merupakan negara yang mengalami kasus virus corona terparah di dunia, dengan 436 ribu kematian dan hampir 26 juta kasus.
Presiden Joe Biden telah berjanji untuk memvaksinasi 100 juta warga Amerika dalam 100 hari pertamanya menjabat. Tapi sejauh ini gerakan vaksinasi massal menghadapi sejumlah kendala, termasuk kurangnya vaksin dan kendala teknis.
Menurut para pejabat kesehatan, AS sejauh ini baru memvaksinasi kurang dari 30 juta dari hampir 50 juta dosis yang didistribusikan di negara itu. [vm/ft]