Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) melaporkan hasil investigasi awal jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 di perairan Kepulauan Seribu pada Januari lalu. Kepala Sub-Komite Investigasi Keselamatan Penerbangan KNKT, Nurcahyo mengatakan tuas pengatur tenaga mesin (throttle ) sebelah kiri sempat bergerak mundur sebanyak tiga kali sementara yang kanan tidak bergerak atau macet
Pilot pesawat sempat meminta kepada pengatur lalu lintas udara atau ATC untuk berbelok karena kondisi cuaca dan diizinkan. ATC kemudian meminta pesawat berhenti naik di ketinggian 11 ribu kaki agar tidak berpapasan dengan pesawat lain. Komunikasi terakhir antara pilot dan petugas ATC terjadi pukul 14.39 WIB saat diminta naik ke ketinggian 13 ribu.
"Pukul 14.40, FDR (flight data recorder, red) merekam ketinggian tertinggi yaitu 10.900 kaki. Selanjutnya pesawat mulai turun dan autopilot tidak aktif ketika arah pesawat di 016 derajat," jelas Nurcahyo dalam konferensi pers secara online pada Rabu (10/2/2021).
Nurcahyo menambahkan data radar cuaca pukul 14.38 WIB dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa jalur penerbangan SJY182 tidak melintasi area awan signifikan.
Investigasi KNKT juga menemukan ada dua kerusakan yang ditunda perbaikannya. Pada 25 Desember 2020 ditemukan penunjuk kecepatan di sisi sebelah kanan rusak dan ditunda hingga 4 Januari 2021. Penundaan perbaikan tersebut dimasukkan kategori C yang dibolehkan ditunda hingga 10 hari.
Pada 3 Januari 2021, pilot melaporkan tuas pengatur tenaga mesin tidak berfungsi dan dilakukan perbaikan dengan hasil baik. Kemudian 4 Januari, pilot kembali melaporkan tuas pengatur tenaga mesin kembali tidak berfungsi. Perbaikan kemudian ditunda pada 5 Januari dan berhasil diperbaiki.
"Tidak ditemukan catatan adanya daftar penundaan perbaikan di buku catatan perawatan sampai dengan tanggal 9 Januari 2021," tambahnya.
Hingga laporan ini dikeluarkan, KNKT masih belum berhasil menemukan perekam suara kokpit (CVR) dan terus melakukan pencarian. KNKT akan terus melanjutkan investigasi tuas pengatur tenaga mesin otomatis, komponen terkait perawat, faktor manusia dan organisasi.
Investigasi ini melibatkan Badan Keamanan Transportasi Nasional AS (NTSB) sebagai negara tempat pesawat dirancang dan dibuat dan TSIB Singapura yang membantu selama proses investigasi.
Keluarga Korban Berharap Identifikasi Selesai
Rafin Akbar, warga Pangkal Pinang yang kehilangan lima anggota keluarganya berharap proses identifikasi korban segera selesai. Menurutnya, masih ada satu anggota keluarganya yang belum diterima jenazahnya. Namun, kata dia, menurut informasi dari Sriwijaya Air masih ada sejumlah bagian tubuh korban yang belum selesai diidentifikasi di RS Polri Jakarta.
"Saya fokus sekarang bagaimana menemukan keluarga saya dulu. Saya belajar ikhlas walaupun ada kerusakan di pesawat dan lain-lain. Tidak ada gunanya juga," jelas Rafin Akbar kepada VOA, Rabu (10/2/2021).
Rafin tidak ingin mengurusi persoalan santunan dan sejenisnya sebelum anggota keluarganya yang menjadi korban ditemukan semua. Pesawat Sriwijaya Air SJ182 tujuan Jakarta-Pontianak jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada Januari lalu. Pesawat itu diawaki dua pilot, empat awak kabin dan membawa 56 penumpang. [sm/ab]