Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) telah menyetujui dilanjutkannya penggunaan vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca dalam upaya mengatasi pandemi virus corona. Persetujuan yang dikeluarkan regulator obat Eropa itu muncul setelah beberapa negara Eropa, di antaranya Perancis, Jerman, Italia dan Spanyol, menghentikan penggunaan vaksin itu menyusul laporan pembekuan darah pada beberapa penerimanya.
EMA, Kamis (18/3) mengemukakan dalam suatu pernyataan bahwa “manfaat vaksin dalam memerangi ancaman COVID-19 yang masih luas (di mana penyakit itu sendiri menyebabkan masalah pembekuan darah dan bisa berakibat fatal) terus melebihi risiko efek sampingnya.”
EMA menambahkan, “Hubungan kausal dengan vaksin itu tidak terbukti tetapi mungkin saja dan ini memerlukan analisis lebih jauh.”
Sementara itu Gedung Putih, Kamis (19/3) mengumumkan tentang pengiriman jutaan dosis vaksin AstraZeneca persediaannya ke Meksiko dan Kanada.
Vaksin ini belum disetujui penggunaannya oleh regulator AS, tetapi telah disetujui oleh Meksiko dan Kanada.
“Kami memiliki 7 juta dosis AstraZeneca yang siap dibagi, kami sedang menuntaskan perencanaan untuk mengirim 2,5 juta dosis di antaranya ke Meksiko dan 1,5 juta dosis ke Kanada,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki.
Pengumuman ini muncul sementara pemerintahan presiden Joe Biden menginginkan bantuan Meksiko dalam mengatasi gelombang migran yang berupaya masuk ke AS.
Psaki mengatakan vaksin itu akan merupakan pinjaman bagi kedua negara tetangga AS ini, dengan Amerika pada akhirnya akan menerima pengganti vaksin tersebut dari negara-negara yang berbatasan ini.
Lockdown di Paris, Kasus Meningkat di India
Mulai Jumat, beberapa daerah di Perancis, termasuk Paris, akan berada di bawah perintah lockdown baru untuk membendung peningkatan kasus virus corona.
Perancis mencatat 40 ribu kasus baru pada hari Rabu (17/3).
PM Jean Castex, Kamis (18/3) mengatakan wabah di Perancis “memburuk,” seraya menambahkan, “Tanggung jawab kita sekarang ini adalah mencegahnya menjadi tak terkendali.”
Hari Jumat (19/3), Menteri Kesehatan India melaporkan kenaikan kasus virus corona untuk sembilan hari berturut-turut, dengan 40 ribu kasus baru dalam periode 24 jam sebelumnya. India telah memiliki 11,5 juta kasus COVID-19.
Hanya dua negara yang memiliki kasus infeksi lebih banyak daripada India. Masing-masing adalah AS dengan 29,6 juta kasus dan Brasil dengan 11,7 juta, sebut Johns Hopkins Coronavirus Resource Center.
Hopkins melaporkan ada 121,7 juta kasus virus corona di seluruh dunia. [uh/ab]