Tim SAR gabungan kembali menemukan dua jenazah korban longsor yang terjadi di areal proyek pembangunan PLTA Batang Toru, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara (Sumut). Ketua tim posko evakuasi korban longsor Batang Toru, Supri Siregar, mengatakan dua jenazah ditemukan di aliran sungai Batang Toru, Minggu (2/5). Penemuan dua jenazah itu berjarak kurang lebih 15 kilometer dari tempat kejadian longsor.
"Sekitar pukul 12.00 WIB ada ditemukan dua korban lagi itu di sekitaran Sungai Batang Toru di wilayah Kecamatan Muara Batang Toru," katanya, Minggu (2/5).
Dua korban yang ditemukan itu diketahui berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Satu jenazah diduga sebagai warga masyarakat yang bermukim di lokasi longsor. Sedangkan satu jenazah lainnya diduga karyawan dari pengembang PLTA Batang Toru, yakni Sinohydro dan PT North Sumatra Hydro Energy (NSHE).
"Jadi langsung dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sipirok. Sampai saat ini informasi yang saya terima sudah proses pemakaman," ucap Supri.
Hingga saat ini tim SAR gabungan telah menemukan lima korban dalam keadaan meninggal, dan masih mencari delapan orang lainnya. Supri menduga korban yang masih dalam proses pencarian itu telah terbawa arus aliran Sungai Batang Toru. Pasalnya, lokasi kejadian longsor di areal proyek pembangunan PLTA Batang Toru itu tak jauh dari bantaran sungai.
"Posisi ini (lokasi kejadian) di pinggiran sungai, terus tanahnya labil jadi agak rawan. Dugaan kami sebagaian sudah ke sungai, makanya dua orang ini ditemukan di Sungai Batang Toru. Dugaan kami sudah yakin (korban) ke sungai mengingat lokasi ini dekat dengan pinggiran sungai," ujarnya.
Pencarian para korban longsor yang masih hilang itu akan dilakukan hingga hari ke tujuh, atau Kamis (6/5). Sebanyak 200 anggota tim SAR gabungan dan anjing pelacak telah diturunkan dalam pencarian para korban longsor tersebut. Nantinya apabila seluruh korban hilang tidak berhasil ditemukan hingga di akhir hari pencarian. Tim SAR gabungan akan melakukan evaluasi pencarian tersebut.
"Nanti akan dievaluasi apakah kemungkinan dilanjutkan dan harapan mungkin bisa diperpanjang. Nanti kami evaluasi di hari ketujuh," jelas Supri.
Pencarian Diintensifkan Hingga Kamis
Sementara, Kapolda Sumut, Irjen Pol Panca Putra, saat meninjau lokasi longsor tersebut meminta tim SAR gabungan yang terdiri dari personel Polres Tapanuli Selatan, TNI, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Batalyon C Brimob Polda Sumut, dan Basarnas agar menangani bencana alam tanah longsor di Batang Toru dengan cepat dan tepat.
"Kerahkan segala kemampuan kalian dengan baik, lakukan penanganan korban dengan tepat serta bekerja sama dalam melakukan SAR," katanya.
Sedangkan, Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi, yang juga meninjau longsor di areal proyek pembangunan PLTA Batang Toru meminta agar pencarian dilakukan secara optimal dan terpadu.
"Memperhatikan keselamatan karena kondisi lokasi bencana masih rawan. Unsur terkait BPBD agar bersinergi dalam melakukan penyelamatan. Gunakan alat-alat pendukung yang berkompeten," kata Edy.
NSHE Tolak Berkomentar Lebih Jauh
Sementara, Communication and External Affairs Director PT NSHE, Firman Taufick, melalui keterangan resmi tertulisnya menjelaskan kronologis terjadinya longsor di jalan R17 K4+100 Bridge 6, lokasi proyek pembangunan PLTA Batang Toru. Karyawan asal China juga menjadi korban dalam bencana itu.
"Kejadian bermula saat karyawan K3 Sinohydro bernama Dolan Sitompul menemani dua orang bernama Long Quan dan Xie, pada 18.10 WIB mengendarai sebuah mobil proyek double cabin untuk mengecek dan mendokumentasikan terjadinya banjir lumpur setinggi 50 sentimeter yang terjadi pada pukul 16.30 WIB di jalan R17 K4+100 Bridge 6," kata Firman.
Pengecekan dilakukan karena diduga banjir lumpur itu akan memicu tanah longsor, hal yang terbukti tak lama kemudian.
"Namun Xie yang sempat melihat adanya longsoran berhasil melompat keluar dari dalam mobil dan lari menyelamatkan diri. Sementara rekannya, Long Quan dan Dolan Sitompul tergulung tanah longsor," ujar Firman.
Masih kata Firman, longsoran tanah itu terus meluncur dan menyapu sebuah warung milik seorang warga yang tepat berada di bawahnya. Saat ini tim teknis lapangan sedang menelusuri korban longsor yang berada di dalam kedai milik tersebut.
"Hingga saat ini kami masih menunggu informasi lebih lanjut dari tim teknis lapangan mengenai upaya pencarian maupun situasi di lokasi,” ujarnya.
Sedangkan, juru bicara Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan, Ismuth Siregar, mengatakan kejadian ini murni bencana alam akibat tingginya curah hujan selama tiga hari berturut-turut sehingga kejadian tersebut tidak ada kaitannya dengan aktivitas di PLTA Batang Toru.
Secara administratif kawasan hutan Batang Toru terletak di tiga kabupaten yaitu Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan dan Tapanuli Utara. Luas kawasan hutan Batang Toru diperkirakan mencapai 168.658 hektar yang di dalamnya termasuk hutan lindung Sibolga seluas 1.875 hektar. Lalu, Cagar Alam Dolok Sipirok seluas 6.970 hektar dan Cagar Alam Sibual-buali seluas 5.000 hektar.
Kawasan hutan Batang Toru meliputi hutan Batang Toru blok barat dan blok timur dengan total habitat alami yang ada diperkirakan seluas 120.000 hektar.
Walhi Sumut telah melakukan advokasi penyelamatan hutan Batang Toru semenjak hadirnya industri ekstraktif di kawasan tersebut beberapa tahun terakhir ini, seperti tambang, perkebunan dan pembangunan PLTA Batang Toru.
Terkait pembangunan PLTA Batang Toru, Walhi Sumut telah melakukan advokasi terhadap keberadaan lokasi pembangunan proyek tersebut mulai tahun 2017 hingga 2021. Pada tahun 2018 Walhi melayangkan gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara Medan terkait izin lingkungan pembangunan PLTA Batang Toru. [aa/em]