India telah melaporkan lebih dari 300 ribu kasus baru harian selama 12 hari berturut-turut. Hari Senin (3/5), negara di Asia Selatan itu menyatakan ada 368.147 kasus tercatat dalam periode 24 jam sebelumnya.
Meskipun India merupakan lokasi pembuat vaksin terbesar di dunia, Serum Institute of India, hanya 2% dari 1,3 miliar orang penduduknya yang telah divaksinasi, menurut berbagai laporan setempat.
“Saya pikir Tuhan pun tidak dapat memperkirakan ini akan berlangsung sedemikian buruk,” kata Adar Poonawalla, CEO Serum Institute of India, kepada surat kabar Inggris The Sunday Times.
Setelah mendapat kritik pedas terkait komentarnya dalam wawancara dengan surat kabar tersebut, miliarder berusia 40 tahun itu mengatakan ia memangkas harga vaksin dan bahwa langkah itu akan memungkinkan negara-negara untuk mendapatkan “lebih banyak vaksinasi dan menyelamatkan nyawa yang tak terhitung banyaknya.”
Di AS, kepala staf Presiden Joe Biden, Ron Klain, mengatakan dalam acara Face the Nation di stasiun TV CBS, “Kami sedang bergegas mengirimkan bantuan untuk India.” Namun, AS juga mengambil langkah-langkah untuk mencegah penyebaran virus. Gedung Putih Jumat lalu menyatakan bahwa mulai Selasa (4/5), AS akan berhenti menerima penerbangan dari India.
AS mengirim dua pesawat angkut Angkatan Udara yang membawa tabung oksigen, masker N95 dan kit tes diagnostik. Ini merupakan yang pertama dari beberapa pengiriman yang direncanakan. Taiwan menyatakan telah mengirim pasokan oksigen yang sangat diperlukan.
Australia juga melarang penerbangan dari India. Warga Australia yang masuk negara itu setelah bepergian ke India dapat menghadapi denda dan penahanan.
Menteri Kesehatan Indonesia Budi Gunadi Sadikin menyatakan dua varian COVID telah memasuki negara ini, satu dari India dan satu lagi dari Afrika Selatan.
Sementara itu, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC) menganjurkan pengunjung untuk “menghindari semua perjalanan ke Indonesia,” dengan alasan “bahkan pengunjung yang telah divaksinasi penuh mungkin berisiko tertular dan menyebarkan varian COVID-19.”
Di tempat lain, di Brazil, ribuan orang berpawai di jalan-jalan Brazilia, Sao Paulo dan Rio de Janeiro pada hari Sabtu (1/3) meski kasus COVID di sana melonjak. Warga keluar dalam jumlah besar untuk mendukung Presiden Jair Bolsonaro.
Bolsonaro, yang menentang restriksi terkait pandemi oleh para gubernur dan wali kota, baru-baru ini mengatakan militer “mungkin turun ke jalan suatu hari, guna memastikan … kebebasan untuk datang dan pergi.” Sebagian dari spanduk pada hari Sabtu berisikan seruan bagi “intervensi militer”.
Sementara itu di Wuhan, pusat perebakan wabah virus corona di China, ribuan orang menghadiri acara dua hari Festival Musik Strawberry yang dibuka hari Sabtu.
Festival ini terpaksa berlangsung online karena pandemi setahun silam. Meskipun penghalang telah didirikan untuk memisahkan penonton, dan personel keamanan memberlakukan restriksi, sekitar 11 ribu orang menari dan menyanyi bersama dengan band favorit mereka di tiga panggung, dan sebagian penonton mengenakan masker sementara yang lainnya tidak, menurut kantor berita Reuters.
Johns Hopkins Coronavirus Resource Center melaporkan pada hari Senin pagi bahwa ada 152,8 juta kasus COVID di seluruh dunia. AS berada di posisi teratas dalam jumlah kasus dengan catatan 32,4 juta, diikuti oleh India dengan hampir 20 juta kasus dan Brazil dengan 14,7 juta kasus. [uh/ab]