Genjata senjata antara Israel dan Hamas telah tercapai, tetapi Indonesia bersama sejumlah menteri luar negeri, tetap menekankan perlunya dilangsungkan perundingan untuk menjawab isu utama yang memicu aksi kekerasan sebelas hari terakhir ini, yaitu pendudukan Israel.
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menyatakan hal itu dalam konferensi pers virtual dari New York, Kamis (20/5) malam.
“Dalam pertemuan para menteri luar negeri dengan Presiden Majelis Umum yang dipegang oleh Turki, semua menteri luar negeri menekankan pentingnya tekanan diberikan agar negosiasi dapat segera dilakukan, untuk meng-address core issue (menangani masalah utama.red), yaitu pengakhiran pendudukan,” ujar Retno.
Retno menegaskan “setelah gencatan senjata dilakukan, harus diberi tekanan agar negosiasi segera dilakukan untuk menyelesaikan isu mendasarnya.” Meski tidak menyebut nama menteri-menteri luar negeri yang sepakat dengannya, Retno mengatakan “jika core issue tidak dapat diselesaikan, para menteri luar negeri yakin situasi serupa akan terulang lagi dan terulang lagi.”
“Dalam kesempatan itu, saya sampaikan pentingnya semua negara yang hadir agar menggunakan pengaruhnya agar isu mendasarnya, yaitu penjajahan, dapat diselesaikan,” tegas Retno.
Israel pada Kamis (20/5) sore “telah menyepakati gencatan senjata bersama, tanpa syarat” dengan kelompok militan Hamas. Gencatan senjata yang dijadwalkan dimulai pada Jumat (21/5) pukul 02.00 waktu setempat ini, akan mengembalikan ketenangan di Israel dan Gaza.
Hamas meluncurkan ratusan roket ke arah Israel sejak 10 Mei lalu sebagai pembalasan atas pengusiran 28 keluarga Palestina di permukiman Sheikh Jarrah, penutupan salah satu gerbang utama menuju ke Masjid Al Aqsa, dan serangan brutal terhadap jemaah masjid pada bulan suci Ramadan.
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh menyampaikan alasan ini dalam surat tertanggal 18 Mei yang dikirimnya pada Presiden Joko Widodo.
Israel membalas serangan itu dengan melakukan serangan udara ke infrastruktur Hamas. Namun, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan sedkitnya 230 orang tewas, termasuk 65 anak-anak dan 39 perempuan. Lebih dari 1.700 lainnya luka-luka.
Menurut badan advokasi Save the Children, sedikitnya 50 sekolah rusak dan enam lainnya hancur total. Sementara melakukan perbaikan, hampir 42 ribu anak kini tidak lagi bersekolah.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengatakan serangan Israel juga merusak sedikitnya 18 rumah sakit dan klinik, dan menghancurkan sebuah fasilitas kesehatan. Hampir separuh obat-obatan esensial juga telah habis.
Sementara di pihak Israel, sedikitnya 12 orang tewas, termasuk seorang anak laki-laki berusia lima tahu, seorang anak perempuan berusia 16 tahun dan seorang tentara. [em/ft]