Kereta light rail transit (LRT) di Kuala Lumpur, Malaysia, kembali beroperasi, Selasa (25/5), setelah tabrakan antara dua kereta yang melukai 213 orang pada malam sebelumnya.
Prasarana Malaysia Berhad, operator sistem metro itu, mengatakan melalui sebuah pernyataan, layanan tersedia dalam frekuensi yang lebih rendah setelah kecelakaan itu, bertepatan dengan pembatasan-pembatasan terkait kebijakan lockdown baru yang mulai berlaku pada hari yang sama.
Layanan kereta diharapkan dapat pulih sepenuhnya dalam waktu tiga hari lagi setelah operasi pembersihan dan perbaikan selesai dilakukan.
Sementara itu, pihak berwenang Malaysia, pada hari yang sama juga mulai menggelar penyelidikan kecelakaan itu. Peristiwa itu merupakan kecelakaan terbesar di negara tersebut sepanjang sejarah berdirinya sistem perkeretaapian bawah tanah negara itu.
Tabrakan yang menyebabkan 47 orang terluka parah itu adalah kecelakaan besar pertama dalam 23 tahun sistem metro beroperasi, kata Menteri Transportasi Wee Ka Siong sewaktu ia berjanji akan melakukan penyelidikan secara saksama.
Dua kereta bawah tanah bertabrakan di terowongan dekat Menara Kembar Petronas, Senin (24/5) malam sekitar pukul 20.45 waktu setempat. Rangkaian kereta yang penuh penumpang bertabrakan dengan kereta lain yang kosong. Keduanya melaju ke arah berlawanan di atas rel yang sama.
“Kereta yang satu melaju pada kecepatan 20 kilometer per jam, sedangkan kereta lain berkecepatan sekitar 40 kilometer per jam saat bertabrakan. Tabrakan menyebabkan hentakan kuat yang melontarkan sejumlah penumpang dari kursi mereka,” ujar Wee Ka Siong, kepada media setempat.
Kereta kosong itu dikemudikan masinis dan sedang diuji setelah perbaikan, sementara kereta sarat penumpang tanpa masinis dan dioperasikan otomatis oleh pusat operasi. Otoritas layanan kereta metro menyebutkan, tidak ada tanda-tanda kesalahan sistem. Diduga kecelakaan terjadi karena kesalahan komunikasi antara masinis dan pusat pengendali jaringan kereta.
Kereta bawah tanah Malaysia diperkirakan mengangkut lebih dari 350.000 penumpang setiap hari. Semasa pandemi COVID-19, jumlah penumpang menurun karena pembatasan sosial untuk mengendalikan penyebaran virus corona. [ab/uh]