NATO telah membantu memberikan keamanan di Afghanistan selama hampir 20 tahun tetapi pemerintah dan militer di negara yang dilanda konflik itu cukup kuat untuk berdiri sendiri tanpa dukungan pasukan internasional, kata Jens Stoltenberg, Sekjen NATO, Kamis (27/5). NATO mengambil alih upaya keamanan di Afghanistan pada tahun 2003, dua tahun setelah koalisi pimpinan Amerika menggulingkan Taliban karena menyembunyikan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden.
Tidak sampai 9.000 tentara masih berada di sana, termasuk sampai 3.500 personel Amerika. Mereka dijadwalkan keluar dari sana paling lambat 11 September.
"Menurut saya orang-orang Afghanistan juga menyadari bahwa kami telah berada di sana sekarang selama 20 tahun dan kami telah banyak berkorban nyawa dan harta di Afghanistan," kata Stoltenberg kepada kantor berita Associated Press, di kapal induk Inggris yang terlibat latihan perang di lepas pantai Portugal.
Pemerintah di Kabul menguasai kota-kota, tetapi Taliban mendominasi pedesaan.
Stoltenberg mengatakan bahwa negara-negara NATO akan terus mendukung Afghanistan dengan menyediakan para pakar sipil yang akan membantu menasihati kementerian pemerintah, mendanai pasukan keamanan dan mendukung pembicaraan damai yang bergerak lambat antara Kabul dan Taliban. NATO juga "mencari kemungkinan untuk memberi pelatihan di luar negeri bagi pasukan keamanan Afghanistan, tetapi belum ada keputusan akhir yang diambil."
Presiden Biden dan Stoltenberg akan bertemu para pemimpin lain aliansi militer 30 negara itu pada 14 Juni untuk mengantarkan era baru dalam hubungan trans-Atlantik setelah empat tahun penuh gejolak semasa pemerintahan Trump.[ka/jm]