Pemimpin partai berhaluan kanan-jauh, Naftali Bennett, pada Minggu (30/5) menyatakan dukungannya kepada "pemerintah bersatu" di Israel untuk menggeser Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Kantor berita Reuters melaporkan, keputusan Bennett, yang diumumkannya melalui televisi, bisa memungkinkan pemimpin oposisi Yair Lapid untuk membentuk koalisi partai sayap-kanan, tengah dan sayap-kiri, serta mengalahkan Netanyahu untuk pertama kalinya sejak 1999.
Lapid adalah ketua partai Yesh Atid yang berhaluan tengah, yang kalah dari Likud, partainya Netanyahu yang berhaluan kanan, dalam pemilihan 23 Maret yang belum tuntas. Lapid menghadapi tenggat dari Presiden Israel pada Rabu (2/6) untuk mengumumkan pemerintahan baru.
Peluang sukses Lapid sangat bergantung pada Bennett, mantan menteri pertahanan dan seorang miliarder. Partainya, Yamina, memegang enam dari 120 kursi parlemen.
Berdasarkan prospek perjanjian bagi kekuasaan, Bennett akan menggantikan Netanyahu, ketua partai Likud, sebagai perdana menteri dan kemudian membuka jalan bagi Lapid dalam perjanjian rotasi.
"Saya umumkan hari ini bahwa saya akan berusaha sebisa saya untuk membentuk pemerintahan bersatu dengan ketua Yesh Atid, Yair Lapid," kata Bennett dalam pidatonya. "Pemilu kelima atau pemerintahan bersatu."
Menanggapi pengumuman Bennett, Netanyahu menuduhnya melakukan "kecurangan abad ini." Netanyahu menyinggung soal janji Bennett pada masa lalu yang mengklaim tidak akan bergabung dengan Lapid.
Israel telah mengadakan empat pemilu sejak April 2019 yang berakhir tanpa pemenang yang jelas. Netanyahu dan saingan-saingannya tak sampai meraih mayoritas di parlemen. Dan pemimpin kawakan itu tetap menjabat sebagai pemimpin pemerintahan sementara. [vm/ka]