Tautan-tautan Akses

Studi di Yogyakarta Beri Harapan untuk Akhiri Penyakit DB


Pelepasan nyamuk yang mengandung bakteri wolbachia oleh tim peneliti UGM dan warga di Yogyakarta. (VOA/Nurhadi Sucahyo)
Pelepasan nyamuk yang mengandung bakteri wolbachia oleh tim peneliti UGM dan warga di Yogyakarta. (VOA/Nurhadi Sucahyo)

Penularan demam berdarah (DB) menurun drastis dalam sebuah studi di Indonesia di mana sebuah bakteri disebarkan ke nyamuk pembawa penyakit itu. Perkembangan ini memberikan harapan dalam perjuangan melawan penyakit yang menjangkiti jutaan orang di seluruh dunia setiap tahun.

Hasil studi tiga tahun yang diterbitkan dalam Jurnal Kedokteran New England bulan ini mendapati bahwa nyamuk pembawa demam berdarah yang disuntikkan dengan bakteri tak berbahaya, Wolbachia, bisa menurunkan kasus pada manusia hingga 77 persen.

Para peneliti, seperti dikutip oleh kantor berita AFP, mengatakan infeksi yang memerlukan perawatan rumah sakit juga berkurang 86 persen di suatu wilayah di Yogyakarta, lokasi pelaksanaan eksperimen itu.

Studi itu dilakukan oleh Program Nyamuk Dunia pada Universitas Monash di Australia dan Universitas Gadjah Mada.

"Angka 77 persen itu cukup fantastis bagi sebuah penyakit menular dan kami sangat bersyukur dengan hasilnya," kata Adi Utarini, periset kesehatan masyarakat UGM yang ikut memimpin studi itu.

Adi Utarini, pemimpin proyel di Program Penghapusan Demam Dengue, di dalam ruang penyimpanan nyamuk yang sudah diberi bakteri wolbachia, di Yogyakarta, 5 Februari 2016. (Foto: Darren Whiteside/Reuters)
Adi Utarini, pemimpin proyel di Program Penghapusan Demam Dengue, di dalam ruang penyimpanan nyamuk yang sudah diberi bakteri wolbachia, di Yogyakarta, 5 Februari 2016. (Foto: Darren Whiteside/Reuters)

Uji coba itu dilakukan dengan menyebarkan Wolbachia ke populasi nyamuk di beberapa bagian tertentu Yogyakarta. Tujuannya, mengukur dampak dari nyamuk modifikasi itu terhadap infeksi di kalangan warga berusia antara tiga hingga 45 tahun.

Studi itu kini telah diperluas ke beberapa bagian lain kota itu.

Wolbachia mencegah virus melakukan replikasi atau berkembang biak dalam nyamuk Aedes aegypti dan menjangkiti manusia saat nyamuk menggigit.

Beberapa uji coba sebelumnya yang melibatkan Wolbachia, kata para peneliti, juga memperlihatkan hasil positif dalam mengurangi kasus DB.

Wolbachia biasanya terdapat dalam lalat buah dan serangga lain.

Para ilmuwan berharap metode ini bisa membuat perubahan dalam perjuangan global melawan penyakit itu, yang terkadang bisa berakhir fatal.

Gejalanya termasuk pegal linu, demam dan mual.

Masyarakat berperan aktif dalam penelitian dengan menjaga ember nyamuk wolbachia di rumahnya. (Foto: Courtesy/WMP Yogyakarta)
Masyarakat berperan aktif dalam penelitian dengan menjaga ember nyamuk wolbachia di rumahnya. (Foto: Courtesy/WMP Yogyakarta)

"Ini hasil yang telah kita tunggu-tunggu," kata direktur Program Nyamuk Dunia Scott O'Neill.

"Kami memiliki bukti metode Wolbachia kami aman, berkesinambungan dan mengurangi insiden DB secara dramatis."

"Hasilnya membuat kami yakin akan dampak positif dari metode ini ke seluruh dunia, ketika diberikan kepada komunitas yang berisiko terpapar penyakit bawaan nyamuk ini," tambahnya.

DB adalah penyakit yang ditularkan lewat nyamuk dan paling cepat menular di dunia dengan lebih dari 50 juta kasus di seluruh dunia setiap tahun. Delapan juta kasus di antaranya ada di Indonesia.

Para peneliti mengatakan berbagai studi juga telah menunjukkan metode Wolbachia bisa efektif dalam mencegah penularan Zika, chikungunya, demam kuning dan penyakit bawaan nyamuk lainnya. [vm/jm]

Recommended

XS
SM
MD
LG