Pada bulan Juni, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un memerintahkan negaranya untuk mempersiapkan “dialog dan konfrontasi” dengan Amerika Serikat. Tidak butuh waktu lama bagi AS dan sekutunya Korea Selatan untuk merasakan kedua perintah itu.
Dua minggu lalu, Korea Utara mengisyaratkan pihaknya terbuka untuk lebih banyak interaksi dengan dunia luar, tetapi minggu ini mengecam Seoul dan Washington karena melakukan latihan militer gabungan tahunan. Perubahan pendirian itu sangat cepat, bahkan dipandang dari standar Korea Utara.
Pada hari Rabu, Kim Yong-chol, seorang jenderal dan politisi senior Korea Utara, memperingatkan Washington dan Seoul akan menghadapi “krisis keamanan yang serius” karena “pilihan yang salah” dengan mengadakan latihan (militer bersama).
“Mereka harus dibuat untuk memahami dengan jelas betapa mahalnya mereka harus membayar untuk menjawab itikad baik kami dengan tindakan bermusuhan setelah melepaskan kesempatan untuk meningkatkan hubungan antar-Korea,” kata jenderal Kim Yong Chol, menurut media pemerintah.
Sehari sebelumnya, Kim Yo-jong, wanita berpengaruh yang juga saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, menyebut keputusan Korea Selatan itu “jahat,” dan mengatakan latihan itu menunjukkan perlunya Korea Utara untuk meningkatkan kemampuan “serangan pendahuluan yang kuat.”
Sebagai protes nyata atas latihan tersebut, Korea Utara juga tidak bersedia menjawab panggilan telepon Korea Selatan hari Selasa dan Rabu melalui telepon sambungan langsung antar-Korea yang baru-baru ini disambung kembali.
Meskipun Korea Utara menyalahkan Washington dan Seoul dengan tuduhan meningkatkan ketegangan, strategi Korea Utara itu bukanlah hal baru. Para analis mengatakan bahwa selama bertahun-tahun, Pyongyang telah menggunakan ancaman dan prospek pembicaraan untuk menekan Washington dan Seoul. [lt/ab]