Uni Eropa, Kamis (12/8), memperingatkan Taliban bahwa mereka akan dihadapkan pada pengucilan dari masyarakat internasional jika merebut kekuasaan dengan kekerasan.
“Kalau kekuasaan direbut dengan kekuatan dan sebuah Emirat Islamis dibentuk, Taliban akan dihadapkan pada penolakan pengakuan, isolasi, absennya dukungan internasional, serta prospek konflik dan ketidak stabilan yang berkelanjutan di Afghanistan,” demikian kata Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell dalam sebuah pernyataan.
“Uni Eropa bertujuan meneruskan kemitraan dan dukungan bagi rakyat Afghanistan. Tetapi dukungan didasarkan pada sebuah penyelesaian damai dan inklusif serta penghormatan atas hak-hak semua warga Afghanistan, termasuk perempuan, remaja, dan minoritas,” kata Borrell.
Ia menegaskan, “pentingnya kemajuan signifikan yang dicapai perempuan selama dua dekade untuk dipertahankan, termasuk akses pada pendidikan.”
Pernyataan itu menyerukan “penghentian segera atas kekerasan” sekaligus mendesak Taliban agar kembali ke perundingan perdamaian dengan pemerintah di Kabul.
“Uni Eropa mengecam kekerasan yang semakin besar dari Hukum Kemanusiaan Internasional dan HAM, khususnya di sejumlah daerah dan kota-kota yang dikuasai Taliban.”
Borrell mengatakan, blok 27 negara juga mendorong penguasa di Kabul agar “menyelesaikan perbedaan politik, meningkatkan perwakilan semua pemangku kepentingan, serta terlibat dengan Taliban dengan sebuah front yang bersatu.”
Pernyataan itu datang setelah pasukan Afghanistan meninggalkan kota Afghanistan ketiga terbesar, Herat, ketika diserang oleh Taliban yang sudah merebut wilayah lebih luas menyusul penarikan diri pasukan asing. [jm/mg]