Polisi anti-huru-hara Thailand, Minggu (15/8), kembali menembakkan gas air mata dan menyemprotkan meriam air ketika lebih dari 100 demonstran anti-pemerintah berdemonstrasi di depan sebuah pangkalan militer di ibu kota Bangkok, di mana Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha tinggal.
Kelompok yang umumnya terdiri dari anak-anak muda itu melempari garis polisi yang menghalangi jalan mereka dengan batu, kembang api dan bahan peledak kecil yang dikenal sebagai “bom pingpong.” Televisi Thailand menunjukkan sebuah posko lalulintas polisi yang terbakar.
Hari Minggu ini menandai untuk keempat kalinya dalam tujuh hari terakhir bentrok antara polisi dan demonstran di kawasan Din Daeng, Bangkok.
Para demonstran menyerukan pengunduran diri Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha yang dianggap ceroboh dalam program vaksinasi pemerintah. Thailand mengalami peningkatan jumlah kasus baru virus corona yang sangat tinggi dalam beberapa pekan terakhir ini, sementara tingkat vaksinasi tetap rendah.
Namun demonstrasi ini juga merupakan bagian dari dorongan yang lebih luas untuk perubahan politik, yang mencakup pengunduran diri pemerintah, konstitusi baru dan – yang paling kontroversial dari semuanya – reformasi mendasar dari monarki yang kuat tetapi tidak jelas.
Demonstrasi anti-pemerintah dengan naik kendaraan juga terjadi di sedikitnya tiga lokasi lain di mana mereka mendengarkan pidato, sebelum perlahan-lahan berkeliling kota. Para demonstran berharap dengan tetap berada di dalam kendaraan maka mereka dapat meminimalkan potensi paparan COVID-19. [em/lt]