Tautan-tautan Akses

Presiden Jokowi: Pandemi Mengubah Budaya Indonesia


Presiden Indonesia Joko Widodo, mengenakan pakaian adat Baduy, menyampaikan Pidato Kenegaraan menjelang Hari Kemerdekaan RI di Gedung DPR/MPR RI di Jakarta, Senin, 16 Agustus 2021. (AP Photo/Achmad Ibrahim, Pool)
Presiden Indonesia Joko Widodo, mengenakan pakaian adat Baduy, menyampaikan Pidato Kenegaraan menjelang Hari Kemerdekaan RI di Gedung DPR/MPR RI di Jakarta, Senin, 16 Agustus 2021. (AP Photo/Achmad Ibrahim, Pool)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjanjikan peningkatan tes dan perawatan COVID-19 dalam pidato Senin (16/8) terkait kemerdekaan Indonesia. Jokowi mengatakan pandemi telah mengubah budaya Indonesia dengan cara yang akan menjadi landasan bagi kemajuan.

"Memakai masker, tidak berjabat tangan dan menghindari keramaian dulunya tabu. Sedangkan bekerja dari rumah, belajar secara daring, rapat online, dan sidang pengadilan online menjadi kebiasaan baru sementara pandemi menyebabkan 'percepatan inovasi',” kata Jokowi dalam pidato kenegaraan, memperingati 76 tahun kemerdekaan Indonesia.

Kursi di ruang sidang utama di Gedung MPr/DPR RI sebagian besar dibiarkan kosong di tengah pandemi COVID-19 saat penyampaian Pidato Kenegaraan tahunan oleh Presiden Jokowi, 16 Agustus 2021. (AP)
Kursi di ruang sidang utama di Gedung MPr/DPR RI sebagian besar dibiarkan kosong di tengah pandemi COVID-19 saat penyampaian Pidato Kenegaraan tahunan oleh Presiden Jokowi, 16 Agustus 2021. (AP)

Hanya setengah dari 711 anggota parlemen dan senator yang hadir di Gedung MPR/DPR RI untuk pidato Jokowi pada malam Hari Kemerdekaan itu. Sisanya menghadiri secara daring dalam tindakan menjaga jarak.

Indonesia, negara terpadat keempat di dunia, mencapai puncak kasus COVID-19 bulan lalu dengan jumlah harian 50.000 kasus baru, lebih dari lima kali lebih banyak dari jumlah harian pada Juni. Juli menjadi bulan paling mematikan, dengan lebih dari 30.100 kematian akibat COVID-19. Orang yang sakit dibawa ke rumah-rumah sakit yang sudah kewalahan. Mereka meninggal di rumah atau selagi menunggu penanganan.

Total 3,8 juta kasus dan 117.588 kematian dianggap lebih rendah dari jumlah sebenarnya mengingat rendahnya orang yang dites dan buruknya langkah penelusuran. [ka/ab]

Recommended

XS
SM
MD
LG