Dua ledakan di dekat bandara Kabul hari Kamis (27/8) menewaskan tentara Amerika dan warga Afghanistan yang berkumpul dalam upaya keluar dari negara itu.
Seorang pejabat Afghanistan yang berbicara dalam kondisi tidak disebut identitasnya mengatakan pada Associated Press, sedikitnya 60 warga Afghanistan tewas dan 143 lainnya luka-luka.
Panglima Komando Pusat Amerika CENTCOM Jendral Frank McKenzie mengatakan 13 tentara Amerika – yang terdiri dari 11 marinir dan 1 personil urusan medis Angkatan Laut – tewas. Lima belas lainnya luka-luka.
McKenzie mengatakan lepas dari terjadinya ledakan itu misi evakuasi seluruh warga Amerika dan warga Afghanistan yang rentan dari negara itu masih akan terus berlanjut.
ISIS Klaim Tanggung Jawab
ISIS mengklaim bertanggungjawab dalam serangan itu, demikian laporan kantor medianya melalui saluran Telegram.
McKenzie mengatakan baku tembak terjadi setelah pemboman itu, tetapi penerbangan evakuasi terus berlanjut.
“Kami akan terus melaksanakan misi nomor satu kami, yaitu mengeluarkan sebanyak mungkin orang yang harus dievakuasi dan warga kami dari Afghanistan,” ujar McKenzie dalam sebuah briefing. “ISIS tidak akan menyurutkan langkah kami menyelesaikan misi ini,” tegasnya.
Pentagon sebelumnya menyebut serangan itu sebagai “serangan rumit yang mengakibatkan sejumlah warga Amerika dan warga sipil lainnya tewas dan cedera.”
Juru bicara Pentagon John Kirby mencuit di Twitter, “Kami juga dapat mengukuhkan bahwa setidaknya ada satu ledakan lain di atau dekat Hotel Baron, tidak jauh dari Abbey Gate.”
Presiden Amerika Joe Biden menyampaikan pernyataan di Gedung Putih sekitar jam 5 siang waktu Washington, DC. Ia terpaksa menangguhkan rencana pertemuannya dengan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett yang sudah direncanakan sejak lama karena ingin memusatkan perhatian pada insiden ledakan bom di bandara Kabul ini.
Juru bicara Taliban Suhail Shaheen mengutuk ledakan itu. “Kami mengutuk keras insiden keji ini dan akan mengambil setiap langkah yang diperlukan untuk menyeret pelakunya ke muka hukum,” tegasnya.
Ribuan orang telah berbondong-bondong datang ke bandara beberapa hari terakhir ini untuk berupaya meninggalkan Afghanistan setelah Taliban mengambilalih negara itu pada 15 Agustus lalu.
Sumber di Taliban mengkonfirmasi pada VOA bahwa seorang pembom bunuh diri meledakkan diri di sebuah area di luar bandara di mana terdapat sejumlah besar orang, termasuk perempuan.
Amerika Sudah Keluarkan Peringatan
Pemerintah Barat pada Kamis pagi telah memperingatkan tentang ancaman teror di bandara itu, dan mengatakan mereka yang berkumpul agar dapat dievakuasi dari Afghanistan harus pindah ke lokasi lain yang lebih aman.
“Mengingat ancaman keamanan di luar gerbang bandara Kabul, kami menyarankan warga Amerika untuk menghindari bepergian ke bandara dan berada di gerbang bandara saat ini, kecuali jika Anda menerima instruksi dari perwakilan pemerintah Amerika untuk melakukan hal itu,” demikian petikan pernyataan Kedutaan Besar Amerika di Kabul di situsnya. “Warga Amerika yang berada di Abbey Gate, Gerbang Timur atau Gerbang Utara sekarang harus pergi.”
Sebagian korban cedera telah dilarikan ke RS Darurat di Kabul yang dikelola oleh LSM internasional, dan selama ini merawat korban perang dan ranjau darat.
Saluran-saluran berita Afghanistan mencuit foto-foto warga yang membawa korban luka-luka dengan tandu.
Reaksi Negara-Negara Barat
Menteri Angkatan Bersenjata Inggris James Heappey mengatakan pada Radio BBC, “ada laporan yang sangat, sangat kredibel tentang serangan yang akan segera terjadi.”
Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia juga mengatakan “sedang terjadi ancaman serangan teroris berskala tinggi.”
Perdana Menteri Belgia Alexander De Croo mengatakan pemerintahnya mengakhiri operasi evakuasi setelah mendengar dari Amerika dan sumber-sumber lain tentang kemungkinan terjadinya serangan.
Sementara, Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken hari Rabu (25/8) menegaskan bahwa Amerika melihat potensi ancaman dari afiliasi kelompok ISIS di Afghanistan.
“Sulit untuk melebih-lebihkan kerumitan dan bahaya upaya evakuasi ini,” ujar Blinken dalam konferensi pers di Departemen Luar Negeri.
“Kami beroperasi di lingkungan yang tidak bersahabat, di kota dan negara yang kini dikendalikan oleh Taliban, dengan kemungkinan yang sangat nyata akan terjadinya serangan oleh ISIS-K. Kami mengambil setiap tindakan pencegahan, tetapi ini sangat berisiko tinggi,” tambahnya.
AS Janji Tetap Lanjutkan Evakuasi
Amerika berjanji untuk tetap melanjutkan upaya mengeluarkan warga Amerika, penduduk tetap Amerika, sekutu dan warga Afghanistan yang rentan lainnya, meskipun melewati batas waktu 31 Agustus, tenggat yang ditetapkan bagi seluruh pasukan Amerika untuk keluar dari Afghanistan.
“Tidak ada tenggat waktu untuk mengeluarkan warga Amerika dan warga Afghanistan yang ingin keluar setelah 31 Agustus,” tegas Blinken.
Blinken menggarisbawahi “mereka tidak akan dilupakan.” Ditambahkannya, “seperti yang saya katakan, kami akan menggunakan setiap piranti ekonomi dan politik yang kami miliki untuk menekan Taliban agar membiarkan orang-orang meninggalkan negara itu.”
Gedung Putih hari Kamis mengatakan sejak evakuasi dimulai 14 Agustus lalu, Amerika telah mengevakuasi atau membantu mengevakuasi sekitar 95.700 orang dengan pesawat-pesawat militer Amerika dan pasukan koalisi. [em/hj/dw/lt]