Presiden Taiwan Tsai Ing-wen pada Jumat (8/10) mengeluarkan kata-kata keras untuk Beijing setelah meningkatnya penerbangan pesawat China ke zona pertahanan udara pulau itu baru-baru ini.
“Taiwan tidak menginginkan konfrontasi militer. Taiwan mengharapkan hidup berdampingan secara damai, stabil, dapat diprediksi dan saling menguntungkan dengan negara-negara tetangganya. Tetapi Taiwan juga akan melakukan apapun yang diperlukan untuk membela kebebasannya dan cara hidup demokratisnya,” kata Tsai.
Taiwan mencari dukungan dari negara-negara demokrasi lainnya sementara perselisihan dengan China memburuk.
Pekan ini, Taiwan menerima kunjungan sekelompok senator Prancis dan mantan pemimpin Australia Tony Abbott.
Mulai Jumat pekan lalu, sekitar 150 pesawat tempur China terbang mendadak di dekat Taiwan. Ini merupakan tingkat ketegangan baru dalam hubungan lintas selat.
Meskipun ini tampaknya telah berakhir, Taiwan telah mengeluhkan aktivitas semacam itu selama lebih dari setahun ini, seraya menyebutnya sebagai “perang di zona abu-abu.”
Taiwan menyatakan aktivitas itu dirancang untuk melemahkan angkatan bersenjata Taiwan dan menguji kemampuan mereka untuk menanggapinya.
China mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya.
Pulau berpemerintahan sendiri itu sedang mengupayakan peningkatan anggaran pertahanannya selama lima tahun ke depan, sebagian besar untuk senjata angkatan laut.
Dan sekarang, berbagai sumber mengatakan kepada Reuters bahwa sejumlah kecil tentara operasi khusus AS telah digilir ke Taiwan untuk melatih pasukan Taiwan.
Mereka menolak mengatakan berapa lama hal ini telah berlangsung, tetapi mengisyaratkan bahwa ini telah terjadi sebelum pemerintahan presiden AS Joe Biden.
The Wall Street Journal pada Kamis (7/10) juga menerbitkan rincian mengenai pelatihan, mengutip beberapa pejabat AS yang tidak disebutkan namanya.
Pentagon, yang pada masa lalu tidak mengungkapkan rincian mengenai pelatihan atau konsultasi oleh AS untuk pasukan Taiwan, tidak berkomentar mengenai pengerahan itu. [uh/ab]