Tautan-tautan Akses

Hizbullah Desak Pemerintah Lebanon untuk Ganti Hakim yang Memimpin Penyelidikan Ledakan Pelabuhan


Sebuah monumen yang melambangkan keadilan terpasang di Beirut, Lebanon, sebagai pengingat atas tragedi ledakan di pelabuhan di Beirut pada Agustus 2020 yang menewaskan lebih dari 200 orang. Foto diambil pada 4 Agustus 2021. (Foto: AP/Hussein Malla)
Sebuah monumen yang melambangkan keadilan terpasang di Beirut, Lebanon, sebagai pengingat atas tragedi ledakan di pelabuhan di Beirut pada Agustus 2020 yang menewaskan lebih dari 200 orang. Foto diambil pada 4 Agustus 2021. (Foto: AP/Hussein Malla)

Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah, kelompok yang kuat di Lebanon, pada Senin (11/10) mendesak pemerintah untuk mengganti hakim Tarek Bitar, yang ditunjuk untuk memimpin penyelidikan atas ledakan yang terjadi di pelabuhan di negara tersebut.

"Saya memberi tahu keluarga para korban, jika kalian berharap akan mendapatkan kebenaran dari hakim ini, saya katakan kalian tidak akan mendapatkannya," kata Nasrallah. Tarek Bitar ditunjuk pada Februari lalu oleh badan pemerintah untuk menggantikan pendahulunya.

Pengadilan memutuskan mencopot pendahulu Bitar setelah ia menghadapi tuduhan bias serupa, seperti yang saat ini ditujukan kepada Bitar, dari mantan pejabat Lebanon.

Nasrallah telah berulang kali menuduh Bitar mempolitisasi proses penyelidikan. Dalam pidato berdurasi satu jam pada Senin itu, ia berbicara tentang berbagai krisis yang terjadi di negara tersebut.

Namun, hampir 15 menit dari keseluruhan pidatonya, Nasrallah habiskan untuk mengkritik hampir setiap keputusan Bitar dalam penyelidikan yang dilakukan. Ia menuduhnya bahwa sang hakim tengah menyasar pejabat yang merupakan sekutu Hizbullah dan mengabaikan terduga pelaku yang lain.

Pada 4 Agustus 2020, ratusan ton amonium nitrat, yang sangat mudah meledak dan biasa digunakan untuk campuran pupuk, meledak di pelabuhan di Beirut. Material tersebut telah disimpan secara tidak benar di pelabuhan Beirut selama bertahun-tahun. Ledakan itu menewaskan sedikitnya 214 orang, dan melukai lebih dari 6.000 orang serta menghancurkan lingkungan sekitar.

Media independen dan organisasi HAM mengungkapkan bahwa sebagian besar pemimpin politik dan keamanan senior Lebanon mengetahui tentang material yang tersimpan di pelabuhan itu, tetapi tidak melakukan apa pun untuk mengambil tindakan pencegahan atau memperingatkan publik tentang bahaya yang dapat terjadi. (ka/lt)

XS
SM
MD
LG