Iran, Selasa (11/10), memulai latihan pertahanan udara besar-besaran selama dua hari di gurun tengah negara itu, unjuk kekuatan terbaru Republik Islam tersebut.
Televisi pemerintah Iran melaporkan, divisi-divisi udara angkatan bersenjata dan pasukan paramiliter Garda Revolusi berpartisipasi dalam latihan tahunan yang dijuluki Velayat itu.
Iran secara teratur mengadakan latihan semacam itu untuk mengevaluasi kesiapan tempur dan menunjukkan kemampuan militer negara tersebut.
Sebelumnya pada Oktober, Iran mengadakan latihan di dekat perbatasannya dengan Azerbaijan, untuk memamerkan kemampuan militernya di dekat tetangganya yang menjalin hubungan yang semakin dekat dengan Barat dan Israel.
Azerbaijan dan Israel telah memperkuat aliansi militer mereka dalam beberapa bulan terakhir. Sejumlah pesawat nirawak (drone) berteknologi tinggi yang dipasok Israel membantu Azerbaijan dalam konfliknya dengan Armenia atas Nagorno-Karabakh tahun lalu.
Kawasan Timur Tengah masih dalam keadaan tegang karena program nuklir Iran yang meningkat. Pembicaraan di Wina untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 dengan kekuatan dunia telah terhenti sejak Juni, tanpa kepastian kapan akan dimulai kembali.
Kesepakatan nuklir 2015 menuntut Teheran untuk secara drastis membatasi pengayaan uraniumnya dengan imbalan pencabutan sanksi-sanksi ekonomi. Namun, pada tahun 2018, Presiden Donald Trump secara sepihak menarik mundur Amerika dari perjanjian itu, sehingga meningkatkan ketegangan di Timur Tengah yang lebih luas dan memicu serangkaian serangan dan insiden.
Karena terhentinya pembicaraan Wina, Iran melanggar batas yang ditetapkan oleh kesepakatan nuklir itu dan memperkaya sejumlah kecil uraniumnya ke tingkat yang mendekati kemampuan senjata nuklir. Meski demikian, Iran bersikeras mengatakan bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan damai. [ab/uh]