Badak Sumatra adalah salah satu satwa yang masuk dalam daftar merah Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN). Populasinya terus berkurang karena banyak faktor. Untuk itu saat ini dibangun Suaka Badak Sumatra atau Sumatran Rhino Sanctuary (SRS) di Desa Rantau Panjang, Kecamatan Simpang Jernih, Kabupaten Aceh Timur, Aceh, agar satwa langka ini tidak punah.
Pembangunan SRS telah dimulai sejak November ini dan nantinya diharapkan mampu menyelamatkan badak Sumatra dari kepunahan. Koordinator Forum Konservasi Leuser, Dedi Yansyah, mengatakan kawasan tempat SRS dibangun berstatus area penggunaan lain (APL) yang berbatasan langsung dengan Cagar Alam Serbajadi, yang tidak jauh dari Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).
SRS dibangun di atas lahan seluas 120 hektare. Di atas lahan itu nantinya akan dibangun sekitar 11 kandang dengan rata-rata luas 11 hektare. Kemudian, ditambah dengan areal perkantoran pengelola kawasan.
“Pembangunan SRS ini adalah langkah penting. Ini masa terakhir kita melakukan penyelamatan badak dari ancaman kepunahan karena populasinya kurang dari 100 individu,” kata Dedi, Minggu (14/11).
Suaka Badak Ditargetkan Selesai Tahun Depan
Pembangunan SRS ditargetkan rampung pada Maret 2022. Nantinya, akan dilakukan upaya pengembangbiakan badak Sumatra di SRS. Badak-badak yang ada di sejumlah habitat akan dievakuasi dan dikawinkan di sana.
“Kita harapkan paling tidak lima tahun ke depan ada individu badak yang lahir di SRS Aceh,” ujar Dedi.
Selain pembangunan SRS, kata Dedi, pihaknya juga akan melakukan pengembangan masyarakat untuk meningkatkan taraf perekonomian. Selama ini penerimaan masyarakat cukup baik terkait pembangunan SRS. Konsorsium penyelamatan badak terus melakukan upaya sosialisasi agar masyarakat paham pentingnya upaya konservasi.
“Salah satu inti dari program kami ini adalah pelibatan masyarakat. Mulai dari terlibat dalam pembangunan, hingga pengelolaan SRS ke depan. Program pemberdayaan masyarakat juga akan dilakuan. Ke depan masyarakat bisa terlibat dalam penyediaan pakan badak hingga program pertanian intensif,” katanya.
TFCA Dukung Pembangunan Suaka Badak
Pembangunan suaka badak disokong penuh oleh Aksi Nyata Konservasi Hutan Tropis (TFCA) Sumatra. Direktur TFCA, Samedi, mengatakan dana hibah ini mendukung upaya penyelamatan melalui SRS di Aceh Timur dan Lampung Timur. Total dana hibah yang digelontorkan untuk penyelamatan badak Sumatra di Aceh Timur dan Lampung Timur itu mencapai Rp 100 miliar. Program penyelamatan Badak Sumatra menjadi salah satu prioritas TFCA-Sumatra dalam upaya konservasi.
"TFCA-Sumatra sangat bersyukur bisa berkontribusi untuk menylamatkan badak Sumatra. Ini merupakan bagian dari rencana besar. TFCA-Sumatra memberikan porsi pendanaan yang besar untuk konservasi badak. Kami sangat berharap ini bisa berhasil karena kondisi badak Sumatra sangat menghawatirkan," ujarnya.
Menurut Samedi, upaya penyelamatan badak Sumatra ini harus dilakukan secara bersama-sama. Peran pemerintah, organisasi nonpemerintah, akademisi dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk mencegah kepunahan badak Sumatra.
“Ini merupakan bagian dari rencana besar pemerintah Indonesia untuk menyelamatkan spesies terancam punah sekaligus sebagai upaya untuk meningkatkan populasi satwa kunci di alam," ucapnya.
Aksi Darurat Penyelamatan Badak Sumatra Jadi Keniscayaan
Direktur Pengelolaan Kawasan Konservasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jefry Susyafrianto, mengatakan pembangunan SRS di Aceh Timur adalah bagian dari rencana aksi darurat penyelamatan badak Sumatra.
“Kami melihat ini merupakan peluang yang luar biasa. Ada keterlibatan banyak unsur, bertanggung jawab menyelamatkan keberadaan badak Sumatra," ungkapnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Balai Besar TNGL, Adhi Nurul Hadi, menjelaskan bahwa populasi badak Sumatra di taman nasional sebelumnya berada di kawasan habitat yang terisolisasi. Kondisi ini justru akan memperbesar potensi inbreeding (kawin sedarah) tinggi. Kondisi ini sangat tidak baik bagi keberlangsungan hidup badak.
“Dengan SRS ini harapannya ada koneksi antara habitat badak di TNGL dengan habitat di luar taman nasional sehingga ada persilangan. Mudah-mudahan nanti apa yang dihasilkan bisa menyehatkan kembali struktur genetika dari badak yang ada di alam,” jelasnya.
Badak Sumatra Kini Hanya Ada di Tiga Propinsi
Seperti diketahui, badak Sumatra tersebar luas di Asia, mulai dari kaki Himalaya di Bhutan, India timur-laut (Assam), China, Thailand dan lainnya. Pada tahun 1974, badak Sumatra ditemukan di Sumatra, Sabah dan Peninsular Malaysia hingga Kalimantan (Borneo). Sejak tahun 1994 hingga 2007, populasi di kawasan semenanjung Malaysia sudah lama tidak terkonfirmasi. Hingga akhirnya pada 2013, badak Sumatra hanya ditemukan di Lampung, Aceh dan Kalimantan Timur.
Populasi badak kian tergerus. Aktivitas perambahan kawasan hingga perburuan menjadi ancaman nyata. Belum lagi lambatnya siklus reproduksi dan singkatnya masa birahi badak memengaruhi perkembangan jumlah populasinya. [aa/em]