Upacara wisuda digelar di sebuah universitas swasta di Provinsi Kandahar di selatan Afghanistan, dihadiri pejabat Taliban pada Sabtu (27/11). Sebanyak 200 mahasiswi Universitas Mirwais Neeka dari berbagai fakultas menerima ijazah pada acara tersebut.
Para wisudawati hadir dengan mengenakan cadar sesuai aturan yang diberlakukan Taliban.
Salah satu mahasiswi, Sharifa, mengaku bahagia telah lulus dari kampusnya. Ia mengatakan, “Semoga Tuhan menjadikan kebahagiaan ini sebagai alasan perdamaian dan kemakmuran di Afghanistan.”
Ia mengimbau para orang tua di Afghanistan untuk mendorong anak-anak mereka bersekolah dan bekerja keras bersama mereka, “agar anak-anak mereka menjadi lebih baik demi generasi berikutnya,” tambahnya.
Semua peserta wisuda, terutama perempuan, berharap dapat segera mendapatkan pekerjaan saat negara itu berada di ambang keruntuhan ekonomi, terjun ke dalam salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
“Banyak orang yang sekarang lulus dari universitas khawatir tidak akan mendapatkan pekerjaan di bawah Emirat Islam (Taliban),” kata Sharifa. Dia menekankan bahwa khususnya wisudawati khawatir “mereka tidak akan bisa menemukan pekerjaan.”
“Kami menuntut Taliban agar mereka yang telah lulus dan menganggur di rumah dipekerjakan demi generasi berikutnya,” tambahnya.
September lalu, Taliban memerintahkan perempuan yang berkuliah di universitas-universitas swasta di Afghanistan untuk mengenakan abaya dan niqab (cadar) yang menutupi sebagian besar wajah mereka. Kelas pun harus dipisah berdasarkan jenis kelamin – atau setidaknya dibatasi tirai.
Sebelum diambil alih oleh Taliban, sekitar 3,5 juta anak perempuan di Afghanistan bersekolah. Menurut sumber Amerika Serikat (AS), sekitar 100.000 di antaranya pada jenjang perguruan tinggi.
Taliban berjanji melindungi hak-hak perempuan dan anak perempuan. Akan tetapi, pemerintahan mereka yang baru dimulai telah berulang kali dikritik karena gagal memenuhi janji tersebut. [rd]