Enam kasus varian baru COVID-19, omicron, telah ditemukan di Skotlandia. Pemerintah Skotlandia, Senin (29/11), menyatakan belum diketahui di mana orang-orang itu tertular virus tersebut, tetapi sebagian mungkin karena penyebaran di tengah masyarakat dan bukan karena bepergian.
Dua kasus omicron juga dideteksi di Kanada pada Minggu (28/11). Menteri Kesehatan Ontario Christine Elliott mengatakan, orang-orang di Ottawa telah bepergian ke Nigeria, yang bukan bagian dari kawasan di selatan Afrika, di mana para pejabat mengatakan mutasi virus telah muncul.
Para pejabat kesehatan Belanda, Minggu (28/11), menyatakan 13 orang yang tiba baru-baru ini di negara itu dengan penerbangan dari Afrika Selatan telah dites positif terjangkit virus corona varian omicron.
Para penumpang itu merupakan bagian dari kelompok terdiri dari 61 orang yang dites positif terinfeksi virus corona setelah kedatangan mereka di Amsterdam pada Jumat. Pengumuman itu muncul tidak lama setelah Australia menyatakan dua kasus varian omicron ditemukan di antara penumpang yang baru-baru ini tiba di Sydney.
Israel dan Maroko menutup perbatasan mereka bagi semua pengunjung asing hari Minggu dan Jepang mengumumkan larangan serupa akan berlaku hari Selasa, menyusul kabar mengenai mutasi virus corona baru yang dideteksi di kawasan selatan Afrika. Negara-negara lain telah membatasi restriksi perjalanan mereka bagi para pengunjung dari kawasan selatan Afrika.
Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengatakan negaranya “sangat kecewa” oleh larangan perjalanan itu. “Restriksi ini benar-benar diskriminasi yang tidak dapat dibenarkan dan tidak adil bagi negara-negara lain di kawasan selatan Afrika,” kata pemimpin Afrika Selatan itu.
“Larangan ini tidak berdasarkan sains dan tidak akan efektif dalam mencegah penyebaran varian ini. Satu-satunya efek larangan terhadap perjalanan adalah merusak lebih jauh ekonomi negara-negara terdampak dan melemahkan kemampuan mereka dalam menanggapi dan juga pulih dari pandemi.”
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyerukan sikap berhati-hati sementara negara-negara bertindak cepat untuk menutup perbatasan mereka.
“Belum jelas apakah omicron lebih mudah menular dibandingkan dengan varian-varian lain, termasuk delta,” kata WHO dalam pernyataan hari Minggu. “Jumlah orang yang dinyatakan positif telah meningkat di daerah-daerah Afrika Selatan yang terimbas varian ini, tetapi studi epidemiologi sedang berlangsung untuk mengetahui apakah ini karena omicron atau faktor-faktor lain. Sekarang ini tidak ada informasi yang menunjukkan bahwa gejala-gejala yang terkait dengan omicron berbeda dengan yang disebabkan oleh varian lain.”
Kekhawatiran mengenai varian ini telah mendorong banyak negara, termasuk AS, Kanada, Brasil dan beberapa negara Uni Eropa untuk membatasi atau melarang perjalanan dari negara-negara di bagian selatan Afrika.
Orang-orang yang diduga terjangkit omicron juga ditemukan di beberapa negara Eropa lainnya. “Tak terelakkan lagi, omicron akan ada di sini,” kata pakar epidemiologi AS Anthony Fauci dalam acara di televisi ABC This Week pada Minggu (28/11.
Fauci dan para anggota Tim Tanggap COVID-19 Gedung Putih memberi pengarahan kepada Presiden Joe Biden mengenai perkembangan terbaru mengenai omicron hari Minggu, kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
“Dr. Fauci memberitahu Presiden bahwa meskipun perlu waktu kurang lebih dua pekan lagi untuk memiliki informasi yang lebih pasti mengenai penularan, tingkat keparahan dan karakteristik lain varian ini, ia terus yakin bahwa vaksin yang ada kemungkinan besar memberi perlindungan terhadap kasus infeksi COVID yang parah,” kata pernyataan itu.
Gedung Putih menyatakan Biden akan memberi penjelasan baru pada hari Senin mengenai tanggapan AS terhadap omicron.
Gerak cepat sejumlah negara untuk menutup perbatasan mereka dari Afrika bagian Selatan juga telah mendorong para pejabat dan ilmuwan Afrika Selatan menyatakan mereka merasa seperti “dihukum” oleh keterbukaan mereka dalam melaporkan varian itu.
Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa ketimpangan vaksin kemungkinan besar menyebabkan mutasi virus COVID-19. Sementara jutaan orang di Afrika belum menerima satupun dosis vaksin COVID-19, beberapa negara Barat telah memberikan suntikan booster untuk rakyat mereka. [uh/ab]