Tautan-tautan Akses

Mahasiswa Afrika Selatan Cemaskan Dampak Varian Omicron


Ilmuwan di Africa Health Research Institute di Durban, Afrika Selatan, meneliti varian COVID-19 omicron, 15 Desember 2021. (Foto: AP)
Ilmuwan di Africa Health Research Institute di Durban, Afrika Selatan, meneliti varian COVID-19 omicron, 15 Desember 2021. (Foto: AP)

Selagi Afrika Selatan berjuang melawan meningkatnya infeksi virus corona dan temuan varian baru Omicron, para mahasiswa yang menempuh studi di kampus-kampus di negara itu cemas akan dampaknya pada kegiatan belajar mereka.

Warga Afrika Selatan di Pretoria khawatir mengenai peningkatan tajam infeksi COVID-19 setelah varian baru omicron yang ditemukan di sana dianggap sangat menular.

Nhlanhla Africa Maphosa, mahasiswa di Universitas Teknologi Tshwane, di Pretoria, Afrika selatan mengakui banyak mahasiswa yang terkena COVID di kampus pusat universitasnya. Berbicara kepada kantor berita Associated Press ia mengatakan peningkatan kasus telah menyebabkan "penundaan tes dan ujian."

"Jadi menyebabkan tes-tes dan ujian ditunda. Hanya saja, meskipun ada statistik namun kita tidak begitu yakin dengan statistik mengenai berapa jumlah orang yang terkena dampak dan hal-hal lain. Namun kami bisa mengatakan tingkat atau persentase mahasiswa yang terkena COVID-19 tinggi," katanya.

Ziyaad Benjamin, 16 tahun, menerima dosis pertama vaksin Pfizer COVID-19 di Pusat Vaksinasi Harapan di Pusat Konvensi Internasional Cape Town di Cape Town, Afrika Selatan, (Foto: AP)
Ziyaad Benjamin, 16 tahun, menerima dosis pertama vaksin Pfizer COVID-19 di Pusat Vaksinasi Harapan di Pusat Konvensi Internasional Cape Town di Cape Town, Afrika Selatan, (Foto: AP)

Nhlanhla Africa Maphosa juga menyebut pandemi ini "seperti bencana alam."

“Jelas kami khawatir dan frustrasi. Ingat, ini adalah salah satu penyakit yang seperti bencana alam, jadi sebagai mahasiswa kami menghadapi banyak masalah," kata dia.

Sementara itu bekas mahasiswa universitas itu, Manqoba Zitha mendesak agar orang divaksinasi.

"Saya mencoba mendorong mereka agar menjalani vaksinasi sehingga terhindar dari virus corona karena virus itu ada di sana, membunuh orang, dan sekarang jumlahnya meningkat. Sekarang, ketika kita menonton TV kita dapat melihat bahwa orang-orang terkena virus corona. Jadi, mereka harus mau divaksinasi," katanya.

Di Tshwane, juru bicara kota Sipho Stuurman mengatakan universitas itu menjadi daerah yang rawan seperti halnya daerah-daerah Hatfield, Soshanguve dan Mamelodi.

"Ada peningkatan jumlah kasus baru COVID. Saya ingat bahwa biasanya dalam dua minggu terakhir, muncul kurang dari 50 kasus per hari. Sekarang itu telah meningkat, hingga lebih dari 300 kasus yang terkonfirmasi per hari. Jadi, itu memberi tahu kita bahwa jumlahnya benar-benar meningkat. Daerah-daerah yang rawan adalah TUT West Campus, Hatfield, Soshanguve dan Mamelodi. Jadi, area itu menjadi perhatian," papar dia.

Namun ia juga mengatakan meskipun kasus meningkat di Tshwane, belum jelas "apakah varian baru merupakan faktor dalam peningkatan ini."

"Apakah varian baru menjadi faktor di sini atau tidak, kami tidak dapat mengatakan bahwa pada tahap ini kami sedang menunggu para ilmuwan untuk mengkonfirmasi hal ini."

Penyebaran cepat varian di kalangan anak muda dan mahasiswa di Afrika Selatan telah mengkhawatirkan para profesional kesehatan, meskipun belum ada indikasi langsung apakah varian tersebut menyebabkan penyakit yang lebih parah. [my/lt]

XS
SM
MD
LG