Sejumlah langkah pencegahan yang diberlakukan mengancam pemulihan ekonomi global akibat pandemi, dan Afrika Selatan mengecam pembatasan perjalanan yang diberlakukan.
Natal tahun ini identik dengan karantina. Itulah kesimpulan bagi para calon pelaku perjalanan dari Afrika Selatan ke bandara Heathrow, London selama musim liburan. Hal ini terjadi setelah muncul laporan tentang kekurangan kamar di hotel-hotel yang diperuntukkan karantina, karena Inggris mewajibkan isolasi saat tiba dari Afrika selatan akibat keprihatinan dengan varian omicron virus corona.
Teresa Martin mengunjungi ibunya yang lanjut usia di Afrika Selatan. Kepada Sky News ia menyatakan pembatasan perjalanan yang berubah-ubah membuat rencana liburannya gagal. “Kekacauan ketika melakukan pemesanan dan perubahan penerbangan kemudian pengaturan selanjutnya ... mencari tahu dimana mendapat tes PCR untuk COVID lalu pergi sejauh 16 kilometer untuk memesannya. Hal ini sangat membebani.”
Inggris baru-baru ini memberlakukan 14 hari karantina bagi para pelaku perjalanan yang berasal dari negara yang mereka anggap masuk dalam "daftar merah", atau negara-negara berisiko tinggi, seperti beberapa daerah di benua Afrika sebelah selatan.
AS juga membatasi perjalanan dari beberapa negara di benua Afrika sebelah selatan. Berbicara pada hari Minggu di “This Week” ABC, Direktur CDC Rochelle Walensky menjelaskan alasan di balik pembatasan tersebut.
“Ketika varian itu ditemukan, hanya kasus dari benua Afrika sebelah selatan yang kami ketahui. Sebenarnya, pembatasan itu untuk mencegah varian baru datang ke Amerika Serikat sekaligus melindungi warga Amerika dari ancaman varian baru,” kata Walensky.
Pada sebuah konferensi pers baru-baru ini di Pantai Gading, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa menyebut larangan bepergian tersebut "tidak ilmiah" dan menegaskan langkah itu merupakan "tamparan " bagi para ilmuwan Afrika yang pertama kali mendeteksi varian omicron.
“Sementara kami menghormati hak setiap negara untuk mengambil langkah-langkah yang melindungi rakyat mereka, kerjasama global berkelanjutan yang kita butuhkan untuk mengatasi pandemi mengharuskan kita dibimbing oleh sains, bukan emosi dan tidak didasarkan pada pertimbangan politik,” kecamnya.
Sementara Afrika Selatan memerangi gelombang keempat COVID-19, sebagian besar akibat varian omicron, Direktur CDC Rochelle Walensky membenarkan pendekatan yang hati-hati dari badan yang dipimpinnya.
“Kita tahu virus COVID 19 memiliki banyak mutasi, dan kini lebih banyak mutase dibanding varian sebelumnya. Banyak dari mutasi itu terkait dengan varian yang lebih menular dan mampu menghindar dari pengobatan yang kita miliki. dan kemungkinan juga menghindari sistem kekebalan kita, itulah yang kami amati dengan sangat hati-hati,” tambah Walensky.
Hingga Sabtu lalu, sedikitnya 16 negara bagian AS melaporkan infeksi varian omicron. Sementara para ilmuwan melanjutkan penelitian omicron, sejumlah pejabat kesehatan bersiap menghadapi penyebaran dari apa yang mereka sebut sebagai varian bermutasi sangat tinggi. [mg/jm]