Monumen di sebuah universitas di Hong Kong yang memperingati pembantaian Tiananmen 1989 ditutup oleh para pekerja pada Rabu (22/11) malam, memicu kekhawatiran akan nasib monumen itu saat pemerintah kota menindak para pihak yang berbeda pendapat dengan mereka.
Patung Pillar of Shame atau Pilar Memalukan setinggi 8 meter yang menggambarkan 50 tubuh yang tercabik dan terpelintir bertumpuk satu sama lain itu, diciptakan oleh pematung Denmark Jens Galschiøt untuk melambangkan korban tewas selama penumpasan militer berdarah terhadap pengunjuk rasa prodemokrasi di Lapangan Tiananmen Beijing pada tanggal 4 Juni 1989.
Tetapi patung itu menjadi pangkal perselisihan pada bulan Oktober, dengan universitas menuntut agar patung itu disingkirkan, meskipun langkah itu mendapat reaksi keras dari para aktivis dan kelompok pembela hak asasi manusia.
Galschiøt, pencipta patung itu, telah menawarkan untuk membawa kembali patung itu ke Denmark asalkan ia diberi kekebalan hukum dari undang-undang keamanan nasional, tetapi sejauh ini upayanya belum berhasil.
Para pekerja menutup monumen di Universitas Hong Kong itu, pada Rabu (22/12) malam. Suara pengeboran dan dentang keras terdengar dari lokasi yang ditutup, yang dijaga oleh petugas patroli.
Pada bulan Oktober, universitas itu memberi tahu penyelenggara acara kumpul bersama yang diadakan oleh Aliansi Hong Kong untuk Mendukung Gerakan Demokratik Patriotik China, bahwa mereka harus menyingkirkan patung itu sesuai dengan "peninjauan risiko terbaru dan nasihat hukum."
Tetapi organisasi itu mengatakan bahwa mereka sudah bubar dan tidak memiliki patung itu. Universitas itu sebaliknya diberitahu untuk menghubungi penciptanya. [my/jm]