Indonesia akan terus membantu beragam upaya untuk mendukung Afghanistan yang damai, stabil dan sejahtera setelah Taliban berkuasa sejak 15 Agustus tahun lalu. Indonesia juga berkomitmen akan terus berkontribusi bagi rakyat Afghanistan di bidang kemanusiaan.
Komitmen tersebut diungkapkan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam pidato tahunannya, Kamis (6/1).
"Dua pesawat Indonesia akan segera tiba di Afghanistan membawa bantuan makanan dan nutrisi bagi rakyat Afghanistan, bekerja sama dengan badan-badan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Untuk tahun 2022, Indonesia akan melanjutkan fokus pada isu pendidikan dan pemberdayaan perempuan Afghanistan termasuk melalui pemberian beasiswa pendidikan," kata Retno.
Menurut Retno, memburuknya situasi kemanusiaan di Afghanistan mendorong Indonesia menjadi salah satu inisiator dalam pertemuan luar biasa para menteri luar negeri Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang dilaksanakan di Ibu Kota Islamabad, Pakistan, bulan lalu.
Dalam komunikasi dengan Taliban, menurut Retno, Indonesia terus mendorong agar janji-janji yang disampaikan Taliban pada 16 Agustus 2021 dapat dipenuhi termasuk penghormatan terhadap hak-hak perempuan. Retno mengatakan atas dorongan Indonesia, sebuah peta jalan pemenuhan komitmen Taliban telah dimasukkan dalam resolusi pertemuan OKI tersebut.
Pengamat Hubungan Internasional dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Nanto Sriyanto menjelaskan pemerintah Indonesia saat ini memang lebih memprioritaskan pendekatan kemanusiaan terhadap Afghanistan ketimbang isu formalitas politik atau pengakuan terhadap pemerintahan Taliban.
"Bantuan-bantuan ini lebih sifatnya hubungan kemanusiaan antara rakyat ke rakyat, walaupun tidak seperti umumnya. Bahwa masih ada kendala pengakuan pemerintah resmi itu persoalan lain, nggak harus berjalan pada titik yang sama," ujar Nanto.
Nanto menambahkan sejauh ini Indonesia mendorong resolusi konflik di Afghanistan dengan memakai model di Indonesia sebelum Taliban berkuasa. Dia mengatakan Indonesia berupaya mendorong terwujudnya perdamaian di Afghanistan dari bawah atau rakyat.
Menurut Nanto, Indonesia relatif bisa dipercaya untuk membantu Afghanistan karena bebas dari kepentingan geopolitik. Salah satu isu yang didorong oleh Indonesia adalah proses perdamaian di Afghanistan yang melibatkan perempuan.
Indonesia ingin menyampaikan bahwa perempuan merupakan aktor penting dan tidak boleh dipandang sebelah mata.
Sayangnya, Nanto menilai Taliban belakangan ini malah meminggirkan peran perempuan, berbeda propaganda kelompok itu saat baru berkuasa Agustus tahun lalu.
Nanto berpendapat Taliban sebagai pemerintah baru di Afghanistan harus membuktikan diri bahwa mereka pantas diakui sebagai bagian dari masyarakat internasional jika ingin mendapat pengakuan dunia. Terlepas dari itu, Indonesia masih bisa terus mengutamakan politik kemanusiaan terhadap Afghanistan.
Sampai sekarang belum ada satu negara pun memberikan pengakuan terhadap pemerintahan Taliban di Afghanistan termasuk Indonesia. Meski begitu, beberapa negara seperti China, Rusia, India, dan Pakistan terus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan Taliban.
Indonesia mengajukan tiga syarat untuk mengakui pemerintahan Taliban di Afghanistan, yakni Taliban harus membentuk pemerintahan inklusif, mengakui hak-hak semua warga negara termasuk perempuan, dan tidak menjadikan Afghanistan sebagai sarang kegiatan terorisme. [fw/ab]