Ukraina pada Minggu (16/1) menyalahkan Rusia atas gangguan yang terjadi pada situs-situs pemerintah, menyebutnya sebagai bagian dari "perang hibrida" terhadap bekas republik Soviet itu. Perang hibrida adalah perpaduan antara perang yang melibatkan militer dan dan pihak nonmiliter, seperti serangan siber.
Saat ini terdapat sekitar 100.000 tentara Rusia di sepanjang wilayah perbatasan Ukraina timur. Para pejabat Ukraina mengatakan, "Semua bukti mengindikasikan bahwa Rusia berada di balik serangan siber itu."
"Moskow melancarkan perang hibrida terus menerus dan secara aktif meningkatkan pasukan dalam ruang informasi dan dunia maya," kata pernyataan kementerian itu. Pernyataan itu disampaikan setelah Microsoft mengatakan puluhan sistem komputer di sejumlah instansi pemerintah Ukraina terinfeksi malware berbahaya yang menyamar sebagai ransomware.
Malware adalah perangkat lunak yang dirancang khusus untuk mengganggu, merusak, atau mendapatkan akses tidak sah ke suatu sistem komputer, sementara ransomware merupakan perangkat lunak untuk memblokir akses ke sistem komputer kecuali jika sejumlah uang dibayarkan sebagai tebusan.
Rusia telah berulangkali membantah tuduhan Ukraina mengenai peretasan.
Serangan siber itu terjadi di tengah ancaman invasi Rusia, delapan tahun setelah Moskow menganeksasi Semenanjung Krimea di Ukraina.
Perundingan diplomatik untuk mengatasi ketegangan itu sepertinya menemui jalan buntu. Beberapa pertemuan di Jenewa, Brussels dan Wina pada pekan lalu tidak menghasilkan resolusi apapun. [vm/lt]