Pemerintahan Presiden Joe Biden beserta negara-negara Eropa, dan produsen energi di seluruh dunia sedang mengupayakan cara-cara untuk memasok bahan bakar ke negara-negara Eropa Barat jika Presiden Rusia Vladimir Putin memangkas ekspor minyak dan gas untuk membalas sanksi yang dijatuhkan atas invasi Rusia ke Ukraina.
"Kami telah berusaha mengidentifikasi volume tambahan gas alam non-Rusia dari berbagai wilayah di dunia dari Afrika Utara dan Timur Tengah hingga Asia dan Amerika," kata seorang pejabat senior pemerintah dalam konferensi pers, pada Selasa (25/1).
Rencana darurat ini bertujuan meyakinkan sekutu Eropa yang khawatir akan dampak Rusia menjadikan pasokan energinya sebagai senjata. Rusia memasok sekitar 40 persen gas alam ke Eropa, dan cadangan energi Eropa telah turun secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir karena berkurangnya pasokan dari Rusia.
Pejabat senior lain menggarisbawahi bahwa ekspor minyak dan gas menyumbang sekitar setengah dari pendapatan anggaran federal Rusia. Artinya, Rusia pun bergantung pada pendapatan energinya seperti halnya Eropa bergantung pada pasokan energi yang dikirim dari negara tersebut.
Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki menolak mengukuhkan laporan bahwa Qatar adalah salah satu negara yang akan dimintai bantuan oleh Amerika Serikat dan negara sekutunya di Eropa.
Meskipun penting memiliki rencana darurat, menurut para analis, tidak akan mudah menggantikan infrastruktur yang ada, terutama di bawah krisis rantai pasokan global saat ini. [ka/lt]