Pemimpin Hong Kong Carrie Lam telah mengesampingkan lockdown di kota itu untuk mengekang penyebaran virus corona. Akan tetapi dengan melonjaknya kasus, ia tidak dapat “menutup” kemungkinan menunda pemilihan pemimpin eksekutif bulan depan.
Lam, yang belum mengukuhkan apakah ia akan berupaya menduduki satu masa jabatan lima tahun lagi sebagai pemimpin kota yang diperintah China, mengatakan, tanggapan pemerintahnya terhadap wabah ini tidak memuaskan, dengan rumah sakit-rumah sakit dan staf medis kewalahan.
“Sejauh menyangkut Hong Kong, kita perlu mencari jalan keluar sendiri dari epidemi ini. Dan sejauh ini, langkah-langkah kita untuk menahan penyebaran penyakit masih tetap sah dan berlaku. Masalah yang kita hadapi adalah terkait dengan besar, kecepatan dan tingkat keparahan gelombang kelima ini. Ini telah melampaui kapasitas kita,” kata Lam.
Ketika ditanya apakah pemilihan pemimpin eksekutif Hong Kong, yang ditetapkan berlangsung 27 Maret, akan tetap berjalan, Lam mengatakan bahwa rencana itu tidak berubah, tetapi mengingat “tingkat keparahan dan kecepatan gelombang terbaru ini” maka situasi tersebut akan terus dievaluasi.
Satu komite beranggotakan 1.500 orang, semuanya diperiksa dengan teliti oleh pihak berwenang terkait “patriotisme” dan loyalitas kepada Beijing, berpartisipasi dalam pemilihan pemimpin mendatang. Sementara itu, Hong Kong akan memberlakukan kartu pas vaksin mulai 24 Februari, di mana warga akan harus menunjukkan bukti vaksinasi sebelum memasuki restoran, supermarket dan pusat perbelanjaan.
Bagi warga Hong Kong, lonjakan kasus itu terjadi di tengah-tengah meningkatnya kelelahan oleh pandemi. Tempat-tempat ibadah, salon rambut dan bisnis lainnya diperintahkan untuk tutup. Sekolah memperpanjang penundaan pengajaran di kelas hingga 6 Maret. [uh/ab]