Amerika Serikat telah mengumumkan akan mengirimkan bantuan militer tambahan ke Ukraina, termasuk perlengkapan anti-tank dan pertahanan udara. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memohon dunia untuk membantu rakyatnya melawan invasi Rusia dan mengatakan bahwa amat penting bagi negaranya untuk mempertahankan ibu kota mereka, Kyiv.
Di ibu kota Ukraina, Kyiv, pihak berwenang memberlakukan pembatasan waktu beraktivitas hingga Senin (28/2) pagi, baik jam malam maupun pada siang hari, setelah pasukan Rusia memasuki kota tersebut. Sebelumnya, pada hari Sabtu (26/2), Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berusaha meyakinkan rakyatnya bahwa ia masih berada di Kyiv dan meminta mereka untuk bertahan dan melawan pendudukan Rusia.
“Saya di sini. Kami tidak meletakkan senjata. Kami akan membela negara kami, karena senjata kami adalah kebenaran, dan kebenaran kami adalah bahwa ini tanah kami, negeri kami, anak-anak kami, dan kami akan mempertahankan semua ini,” tandasnya.
Zelenskyy telah mempersatukan masyarakat Ukraina, kata mantan Duta Besar AS untuk Ukraina, William Taylor, kepada VOA. “Ia maju, berdiri, memimpin bangsanya. Orang-orang berbaris di belakangnya, mereka mendukungnya, pemimpin oposisi, warga sipil, militer jelas bangga dipimpinnya.”
Sementara itu, ratusan pengunjuk rasa anti-perang menantang upaya penangkapan pada hari Sabtu di Yekaterinburg dan kota-kota Rusia lainnya, sambil meneriakkan, “Menolak perang!”
Hal itu menunjukkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin kehilangan aspek informasi publik dalam perang yang telah ia mulai, kata Bill Browder dari Global Magnitsky Justice Campaign kepada VOA.
“Sekarang, semua negara besar telah menjatuhkan sanksi kepada Putin dan orang-orang di Rusia tidak senang dengan ini. Ada berbagai demonstrasi di Rusia. Semua pembela di Barat, semua orang yang dibina dan dibayar Putin, semuanya meninggalkannya satu demi satu. Maksud saya, sekarang ia benar-benar terisolasi, bahkan China, mitranya dalam hal ini, berusaha menjauhkan diri darinya,” ujarnya.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengumumkan pada hari Sabtu bahwa AS akan memberikan bantuan militer tambahan senilai $350 juta (sekitar Rp5 triliun) kepada Ukraina untuk membantu negara itu mempertahankan kedaulatannya.
Mantan dubes AS untuk Ukraina, William Taylor, menyambut baik langkah tersebut. “Ini bantuan senilai 350 juta dolar lainnya untuk rompi pelindung, yang diperlukan untuk melindungi orang-orang yang menghadapi senjata anti-tank, seperti senjata anti-pesawat Javelin, Stingers.”
Pejabat Pentagon mengatakan, sejauh ini, Ukraina memberikan perlawanan lebih keras dari yang diantisipasi Rusia. [rd/jm]