Diplomat tertinggi China, Senin (28/2), meminta AS untuk mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki hubungan, menyusul ketegangan yang membara terkait Taiwan, perdagangan dan masalah-masalah lainnya.
Pernyataan Menteri Luar Negeri China Wang Yi ini disampaikan secara virtual di sebuah forum yang menandai peringatan 50 tahun Komunike Shanghai yang ditandatangani pada 1972, sewaktu kunjungan presiden AS ketika itu, Richard Nixon, ke China.
Kunjungan itu membuat AS dan China membangun hubungan diplomatik tujuh tahun kemudian, yang ditandai dengan keputusan AS untuk memutus hubungan formal dengan Taiwan, yang diklaim China sebagai wilayahnya sendiri dan akan dikuasai kembali secara paksa jika perlu.
Wang mendesak Washington untuk “memberlakukan kembali kebijakan menyangkut China yang masuk akal dan pragmatis'' dan bekerja sama dengan China untuk berusaha menempatkan kembali hubungan pada jalur yang pantas. Wang menyuarakan kembali keluhan China bahwa AS tidak mematuhi komitmennya tetapi tidak menyebutkan langkah spesifik apa pun yang akan diambil oleh China.
Kedua belah pihak perlu melihat hubungan “dalam perspektif yang lebih luas, dengan sikap yang lebih inklusif, dan memilih dialog daripada konfrontasi, kerja sama daripada konflik, keterbukaan daripada isolasi, dan integrasi daripada perpecahan,” kata Wang.
China terutama sangat kesal dengan pernyataan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken yang menyatakan bahwa hubungan kedua negara sebagai kompetitif dan bukan kolaboratif. Wang menyatakan, kedua belah pihak seharusnya bekerja sama, meskipun memiliki perbedaan pandangan yang tajam.
“Amerika Serikat harus benar-benar melihat China sebagai mitra dalam proses pembangunan, dan bukan musuh,” kata Wang.
Pemulihan hubungan antara Washington dan Beijing pada tahun 1972 sebagian besar didorong oleh ketidakpercayaan mereka terhadap Uni Soviet. Dalam beberapa dekade sejak itu, China semakin dekat dengan Moskow, sementara ketegangan AS-Rusia telah meningkat karena perang di Ukraina.
Pemimpin China Xi Jinping bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Beijing awal bulan ini dan China telah menolak untuk mengutuk atau mendukung tindakan Rusia, meskipun bersikeras menyatakan bahwa negara itu menghormati kedaulatan nasional semua negara di atas segalanya.
China, bersama dengan India dan Uni Emirat Arab, abstain dalam pemungutan suara Jumat lalu terkait resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut agar Moskow segera menghentikan serangannya terhadap Ukraina. Pada Senin, Kementerian Luar Negeri China mengatakan pengenaan sanksi-sanksi terhadap Rusia akan “mengganggu proses penyelesaian politik''. [ab/uh]