Di saat fasilitas layanan kesehatan semakin sering menjadi sasaran dalam serangan Rusia di Ukraina, Dana Kependudukan PBB (UNFPA), pada Kamis (10/3), mengatakan perlindungan harus diberikan pada sekitar 80.000 perempuan di Ukraina yang akan melahirkan dalam tiga bulan mendatang.
“Semua perempuan yang menjalani persalinan di tempat perlindungan darurat, di stasiun bawah tanah, di lantai bawah tanah bangunan, dan seringkali tanpa didampingi oleh tenaga profesional, semua perempuan ini adalah korban perang,” kata Jaime Nadal wakil dari UNFPA di Ukraina.
Dalam sebuah briefing melalui telepon, Nadal mengatakan kepada wartawan bahwa sejak invasi Rusia 24 Februari sampai 7 Maret, sebanyak 4.311 perempuan telah menjalani persalinan. Ia berbicara dari Ukraina, di mana UNFPA meneruskan kegiatannya membantu kaum perempuan lewat jaringan fasilitas berbasis komunitas.
Video dan foto mengerikan muncul pada Rabu (9/3) memperlihatkan kehancuran sebuah rumah sakit bersalin di Mariupol, sebelah selatan Ukraina. Pejabat Ukraina menuduh Rusia telah melakukan serangan udara yang menghancurkan rumah sakit bersalin itu, menewaskan tiga orang, termasuk di antaranya seorang anak, dan mencederai beberapa orang lainnya, termasuk perempuan yang sedang hamil.
Menurut Nadal, rumah sakit bersalin di Mariupol bukan satu-satunya yang diserang selama berlangsung peperangan yang telah berlangsung selama dua minggu itu.
“Di Zhytomir, rumah sakit bersalin hancur total,” katanya tentang sebuah fasilitas yang berjarak sekitar 200 kilometer di sebelah barat Kota Kyiv. “Di salah satu daerah di Kharkiv, yang memiliki rumah sakit bersalin terbesar, daerah itu dibom habis-habisan dan rumah sakit bersalinnya ikut hancur.”
Kharkiv sendiri terletak di sebelah timur laut Ukraina.
Nadal memuji petugas layanan kesehatan Ukraina sebagai pihak yang “sangat berkomitmen” untuk tetap tinggal dan merawat pasien-pasien mereka meskipun bahaya terus mengancam. Dia mengatakan Ukraina memiliki 69 pusat persalinan dan perinatal, serta 300 rumah sakit. [jm/em]