Perang Rusia di Ukraina dan sanksi-sanksi Barat terhadap Moskow telah mengganggu perdagangan global, meningkatkan harga minyak, mengancam pasokan makanan dan meningkatkan ketidakpastian sementara dunia berjuang untuk pulih dari kekacauan akibat pandemi COVID-19.
Situasi ini menyebabkan Dana Moneter Internasional menurunkan prakiraan pertumbuhan ekonomi globalnya. Kepala Ekonom IMF, Pierre-Olivier Gourinchas mengatakan,“Bahkan sebelum perang, inflasi di banyak negara sudah meningkat karena ketidakseimbangan permintaan pasokan dan dukungan kebijakan selama pandemi, sehingga mendorong pengetatan kebijakan moneter.”
IMF memangkas prakiraan pertumbuhan ekonomi global dari 4,4 persen menjadi 3,6 persen, sedikit berbeda dari Bank Dunia yang mengubahnya dari 4,1 persen menjadi 3,2 persen.
Peningkatan harga energi dan komoditas telah menyebabkan lebih sedikit output dan memperparah inflasi. Gedung Putih menyalahkan Moskow terkait keadaan ini. Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan, “Kami telah mengatakan ini sejak awal bahwa invasi ke Ukraina oleh Presiden Putin dan Rusia akan terus berdampak pada ekonomi global, baik itu pasar minyak atau sektor-sektor lain.”
Perlambatan ekonomi China akibat seringnya lockdown terkait pandemi juga ikut memperburuk situasi.
Diana Furchtgott-Roth, dosen ekonomi di Universitas George Washington, melalui Skype mengatakan,“Pertama, China memberlakukan karantina selama satu pekan terhadap barang yang masuk ke China, artinya produsen yang menggunakan chip dari tempat lain seperti Korea Selatan tidak mendapatkan input yang mereka butuhkan untuk membuat barang di China. Kedua, ada kemacetan di pelabuhan karena lockdown, seperti Hong Kong dan Shanghai.”
Tujuan utama perwakilan-perwakilan bank-bank sentral yang menghadiri pertemuan musim semi IMF dan Bank Dunia di Washington adalah untuk mengekang inflasi tanpa mengakibatkan dunia terjerumus ke dalam resesi, dengan menaikkan suku bunga secara bertahap, dan sebaiknya dengan cara yang terkoordinasi.
Desmond Lachman, ekonom senior di American Enterprise Institute dan mantan wakil direktur Departemen Pengembangan dan Peninjauan Kebijakan IMF, melalui Skype, mengatakan, “Itu akan mencegah inflasi menyebar dari satu tempat ke tempat lain. Tapi ini adalah tugas yang sulit karena kita memiliki pasar ekuitas yang kuat, kita memiliki pasar perumahan yang sangat kuat. Jadi ini tidak akan mudah, untuk menaikkan suku bunga dengan cara yang akan menurunkan inflasi tanpa menimbulkan resesi. Mereka mungkin telah membiarkan inflasi bergerak terlalu jauh sehingga sulit mengontrolnya pada tahap ini.”
Di tengah upaya Barat untuk mengisolasi Presiden Rusia Vladimir Putin, koordinasi mungkin akan sulit diwujudkan. AS melewatkan beberapa pertemuan menteri keuangan Kelompok 20 (G-20) pekan ini. [ab/uh]