Setelah jeda selama enam tahun, Presiden Biden minggu lalu menghidupkan kembali tradisi perayaan Idul Fitri di Gedung Putih.
“Warga Muslim membuat negara kita semakin kuat setiap hari, meskipun mereka menghadapi tantangan dan ancaman nyata di dalam masyarakat, termasuk kekerasan yang ditargetkan dan Islamofobia,” demikian kata Biden kepada sekelompok tokoh Muslim terkemuka.
Komentar Biden menandai sebuah perubahan signifikan dari sikap pendahulunya, Donald Trump yang pada 2016 mengatakan, “Saya pikir Islam itu membenci kita.”
Trump tidak menyelenggarakan perayaan Idul Fitri di Gedung Putih semasa jadi presiden, meskipun dia menerbitkan pernyataan yang menandai pesta tahunan warga Muslim itu serta mengundang para diplomat dari negara berpenduduk mayoritas Islam ke Gedung Putih untuk berbuka puasa pada tahun 2018 dan 2019.
Perubahan Gedung Putih ini terjadi sementara warga Muslim AS dihadapkan pada peningkatan Islamofobia.
Minggu lalu Council on American Islamic Relations, CAIR, melaporkan peningkatan 9% dalam jumlah keluhan hak-hak sipil oleh warga Muslim di AS sejak 2020.
“CAIR telah menerima 6.720 keluhan dari seluruh negara melibatkan berbagai isu termasuk imigrasi, perjalanan, diskriminasi, penegakan hukum, serta campur tangan pemerintah, juga insiden kebencian, hak tahanan, insiden sekolah, serta pembatasan kebebasan berbicara,” demikian kata laporan itu. [jm/pp]