Tautan-tautan Akses

Presiden Macron Hadapi Periode Kedua yang Sulit Setelah Kehilangan Suara Mayoritas di Parlemen Prancis


Presiden Prancos Emmanuel Macron melambaikan tangannya setelah memberikan suara di TPS Le Touquet, 19 Juni 2022. (Ludovic MARIN / AFP)
Presiden Prancos Emmanuel Macron melambaikan tangannya setelah memberikan suara di TPS Le Touquet, 19 Juni 2022. (Ludovic MARIN / AFP)

Dua bulan setelah Emmanuel Macron kembali terpilih sebagai presiden Prancis, periode kedua pemerintahannya kini terancam dengan ketersendatan dan kemungkinan krisis politik setelah partai tengahnya kehilangan kursi dan suara mayoritas di majelis rendah Majelis Nasional pada pemilu hari Minggu (19/6).

Perdana Menteri Prancis Elisabeth Borne mengakui hasil pemilu Prancis hari Minggu (19/6) yang memberi koalisi Ansambel, alias koalisi Bersama, sayap tengah jumlah kursi terbanyak di majelis rendah parlemen, meski kehilangan suara mayoritas yang berkuasa. Situasi itu disebutnya belum pernah terjadi dan ia berjanji akan membentuk mayoritas yang bekerja dengan baik.

Sementara itu, para pendukung sayap kiri dan sayap kanan garis keras merayakan hasil pemilu. Pemimpin koalisi baru sayap kiri NUPES Jean-Luc Melenchon, yang memperoleh suara terbanyak kedua dalam pemilu, menyebut hasil tersebut sebagai kekalahan elektoral Presiden Emmanuel Macron.

Presiden Prancis Emmanuel Macron Hadapi Periode Kedua yang Sulit Setelah Partainya Kehilangan Suara Mayoritas di Parlemen
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:27 0:00

Meski demikian, aliansi Melenchon sendiri tidak berjalan sesuai harapan, karena hanya memperoleh 131 dari 577 kursi legislatif, dibandingkan dengan 245 kursi yang didapat partai sayap tengah Macron.

Kemenangan besar yang sesungguhnya justru diraih partai sayap kanan garis keras National Rally, yang memperoleh 89 kursi, jumlah tertinggi yang pernah didapat. Pemimpinnya, Marine Le Pen, mengatakan bahwa hal itu secara efektif menjadikan partainya sebagai oposisi terbesar, karena koalisi NUPES pimpinan Melenchon sendiri merupakan aliansi empat partai sayap kiri berbeda.

Yang jelas, hasil pemilu tersebut menjadi tantangan besar bagi ambisi Presiden Macron pada masa pemerintahannya yang kedua, yang mencakup pengesahan reformasi fiskal dan kebijakan pensiun besar-besaran. Dalam jangka pendek, hal itu kemungkinan juga memaksanya tidak terlalu berkonsentrasi pada target-target kebijakan luar negerinya, termasuk membantu mengakhiri perang di Ukraina, karena ia harus mencari cara untuk memerintah negerinya secara efektif.

Presiden Prancis Emmanuel Macron (tengah, kiri) bersama istrinya Brigitte Macron (tengah, kanan) seusai memberikan suara di TPS Le Touquet, Prancis utara, 19 Juni 2022. (Ludovic MARIN / AFP)
Presiden Prancis Emmanuel Macron (tengah, kiri) bersama istrinya Brigitte Macron (tengah, kanan) seusai memberikan suara di TPS Le Touquet, Prancis utara, 19 Juni 2022. (Ludovic MARIN / AFP)

Sementara itu, pengamat politik Jean Petaux menguraikan beberapa skenario yang dapat ditempuh Macron ke depan, mulai dari berharap agar koalisi NUPES akan terbelah dan melemah, hingga mencoba bersekutu dengan partai sayap kanan-tengah Les Republicans dan partai-partai lainnya tergantung isu yang diperjuangkan. Petaux bahkan menyebut kemungkinan merancang skenario krisis politik yang memungkinkan presiden untuk mengadakan pemilihan legislatif baru tahun depan, dengan harapan hasilnya akan lebih sesuai harapan. Yang jelas, semua skenario mengarah pada jalan politik yang rumit ke depan.

Di sisi lain, Petaux yakin Perdana Menteri Borne akan tetap mempertahankan jabatannya, walaupun koalisi NUPES berjanji akan mengajukan mosi tidak percaya terhadapnya awal Juli mendatang.
Tiga menteri kabinet Macron sendiri mengalami kekalahan dalam pemilihan legislatif hari Minggu, yang artinya sesuai peraturan pemerintahan Macron, ketiganya harus mengundurkan diri dari jabatan mereka. [rd/jm]

Recommended

XS
SM
MD
LG