Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Kamis (7/7) mengundurkan diri. Ia mengakui, "jelas merupakan keinginan" partai bahwa dia harus lengser.
Johnson segera mundur sebagai ketua Partai Konservatif tetapi berencana tetap sebagai perdana menteri sampai partai mendapat ketua baru. Ia mengatakan bahwa ia telah menunjuk Kabinet baru setelah banyak anggotanya mundur, tetapi banyak yang meminta dia untuk mundur sekarang.
Ini adalah kekalahan yang memalukan bagi Johnson, yang berhasil membawa Inggris keluar dari Uni Eropa dan dipuji karena meluncurkan salah satu kampanye vaksinasi massal paling sukses di dunia untuk memerangi COVID-19.
Pengumuman itu muncul setelah skandal etika terbaru seputar kepemimpinan Johnson menyebabkan sekitar 50 anggota parlemen senior mundur dari pemerintah dan membuatnya tidak bisa memerintah.
Berbicara di luar kantornya No. 10 Downing St., Johnson mengatakan dia “sangat bangga atas pencapaian pemerintah ini,” dari Brexit hingga mengarahkan negara melalui pandemi, dan memimpin Barat dalam menghadapi invasi Rusia ke Ukraina. Namun, ia mengakui bahwa “dalam politik, tak ada seorang pun yang sangat diperlukan.”
Johnson telah bertahan pada kekuasaan selama dua hari, dan secara lantang mengatakan kepada anggota parlemen pada Rabu bahwa ia memiliki "mandat kolosal" dari pemilih dan bermaksud melanjutkan pemerintahan. Tetapi Kamis pagi ia mengakui kekalahan setelah dua anggota kabinetnya mundur dan seorang sekutu terdekatnya, Menteri Keuangan Nadhim Zahawi, secara terbuka mengatakan kepadanya untuk mengundurkan diri demi kebaikan negara.
Pemilihan internal untuk memilih ketua baru Partai Konservatif, yang juga akan menjadi perdana menteri berikutnya, mungkin akan berlangsung selama musim panas. [ka/ab]
Forum