Sebuah penyelidikan baru atas penembakan massal yang menewaskan 19 pelajar dan dua guru di sebuah SD di Texas menyalahkan aparat penegak hukum dan sejumlah pihak lainnya karena lamban dalam merespons serangan mengerikan yang terjadi dua bulan lalu tersebut.
Sebuah komite penyelidikan yang dibentuk DPR negara bagian Texas mengatakan pihaknya tidak menemukan "penjahat" lain dalam pembantaian 24 Mei itu selain pelaku, remaja 18 tahun bernama Salvador Ramos. Tapi, komite itu menyalahkan aparat penegak hukum karena menunggu lebih dari satu jam sebelum akhirnya memasuki sebuah ruang kelas untuk mengonfrontasi pelaku dan melumpuhkannya.
"Tidak ada seorang pun yang kami dapati berniat jahat atau bermotif buruk. Sebaliknya, kami menemukan kegagalan sistemik dan pengambilan keputusan yang buruk," meskipun ada hampir 400 personel penegak hukum mendatangi SD Robb di Uvalde, Texas, untuk menanggapi keadaan darurat.
Para penyelidik menyalahkan "kekurangan dan kegagalan Distrik Sekolah Independen Konsolidasi Uvalde dan berbagai instansi dan petugas penegak hukum" dan "pendekatan keseluruhan yang lamban" oleh pihak berwenang di lokasi penembakan.
Itu merupakan laporan pertama yang menyalahkan para penegak hukum negara bagian dan federal, tidak hanya pihak berwenang lokal di kota kecil Uvalde. Diantara mereka yang merespons panggilan darurat mengenai seorang pria bersenjata di sekolah itu adalah 150 agen Patroli Perbatasan AS dan 91 polisi negara bagian. [vm/rs]
Forum