Tautan-tautan Akses

Pakar: Kunjungan Pejabat Tinggi Bantu Muluskan Propaganda Beijing


Menteri Luar Negeri Korea Selatan Park Jin (kiri) dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi melakukan salam siku saat bertemu di Qingdao, China, pada 9 Agustus 2022. (Foto: South Korea Foreign Ministry via AP)
Menteri Luar Negeri Korea Selatan Park Jin (kiri) dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi melakukan salam siku saat bertemu di Qingdao, China, pada 9 Agustus 2022. (Foto: South Korea Foreign Ministry via AP)

Menjuluki Ketua DPR Nancy Pelosi sebagai "anak yang egois" yang lawatannya ke Taiwan pada awal Agustus lalu akan "hancur oleh sejarah," media pemerintah China menulis puluhan artikel tentang politisi Amerika Serikat tersebut yang dikenal telah mengkritik Beijing selama lebih dari 30 tahun.

Liputan lawatan Pelosi ke Taiwan menggarisbawahi bagaimana media pemerintah China mencerminkan pandangan negara itu tentang dunia mengenai apapun mulai dari kemerdekaan wilayah yang disengketakan hingga pelanggaran hak asasi manusia.

Dari perjalanan domestik pimpinan Partai Komunis China (CCP) hingga kunjungan pimpinan internasional, tiap kunjungan resmi membawa tingkat ketidakpastian dan nilai propaganda bagi Beijing, kata Jonathan Hassid, profesor media berita China di Iowa State University. Tetapi kunjungan yang menarik perhatian media asing dan pemerintah, kata Hassid, mungkin dilihat Beijing sebagai kesempatan untuk membentuk narasi seputar isu-isu inti.

Laporan media pemerintah bisa memuliakan atau melegitimasi CCP dan Presiden China Xi Jinping, serta melawan laporan media asing yang lebih kritis, imbuh Hassid dan sejumlah pakar lainnya.

Seorang profesor yang berbasis di Amerika Serikat dan pakar propaganda China mengatakan bahwa lawatan pimpinan asing—seperti Pelosi—menghadirkan ketidakpastian tingkat tinggi bagi Beijing.

Tetapi mereka juga memberi nilai propaganda yang relatif tinggi karena, dengan perhatian tambahan, "nilai propaganda lawatan itu sebenarnya lebih tinggi daripada lawatan yang dikoreografikan secara ketat di Xinjiang dan Hong Kong," katanya.

Cendekiawan yang berbasis di wilayah Pantai Timur Amerika itu meminta namanya tidak disebut karena masalah keamanan untuk diri dan keluarganya di China. [ka/jm]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG